Didaerah pegunungan karena iklim pegunungan yang dingin dan menghasilkan bahan pangan berupa sayur-mayur, umumnya olahan masakannya berbahan dasar sayur yang disajikan dalam suhu panas dengan rasa pedas, dengan tujuan untuk menghangatkan badan. Di daerah pantai maka olahan makanannya banyak menggunakan hasil laut.
TEMPOCO, Tangerang - Kebakaran Pasar Gembong Balaraja, Kabupaten Tangerang, pada Minggu pagi menghanguskan 102 unit kios dan lapak pedagang. "Jumlah bangunan yg terbakar sekitar 102 unit," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tangerang Abdul Munir di Tangerang, 20 Februari 2022.. Munir menyebutkan, ratusan kios yang terbakar terdiri dari 50 unit kios buah, sembako
sayuranmemiliki sifat yang mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan produksi sayuran hanya dapat dilakukan di tempat yang cocok dan di Boyolali daerah pertanian berada di daerah lereng pegunungan. Yasunari I et al. (2011) menyatakan penelitian harga sangat
terjawabPasar sayuran di daerah pegunungan termasuk pasar 1 Lihat jawaban agampare agampare Ya termasuk pasar karena namanya adalah pasar (tempat untuk menjual dan membeli) jadi pasar sayuran yang ada di atas gunung bisa disebut pasar karena ada aktivitas menjual dan membeli sayuran thanks :) ya sama sama Pertanyaan baru di IPS
. - Berbelanja sayur biasanya dilakukan di pasar tradisional dengan pemandangan yang cukup padat. Pergi ke pasar pun jarang menjadi opsi untuk rekreasi. Siapa sangka, saat Anda berkunjung ke Wonosobo, berbelanja sayuran bisa terasa sangat menyenangkan. Hal ini seperti yang tampak dalam unggahan akun Twitter pendakilawas. Pada video singkat berdurasi 13 detik itu tampak pasar tradisional dengan latar pemandangan Pegunungan Dieng. Para pedagang sayur berjajar di pinggir jalan dan Pegunungan Dieng tampak gagah di sana. Suasana pun terlihat sangat syahdu dengan pemandangan yang indah. "Cuman di Wonosobo belanja ke pasar sekaligus healing, pemandangannya nyeees tenan," tulis pengunggah video ini. Baca Juga Pintu Langit Sky View, Spot Terbaik Menikmati Keindahan Negeri di Atas Awan Rupanya, pasar dengan pemandangan menakjubkan itu adalah Pasar Kejajar. Pasar tradisional ini berlokasi di Serang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pasar ini memang terletak di jalur menuju Pegunungan Dieng sehingga tak heran kemegahannya terasa begitu dekat. Pasar ini buka sejak pukul 4 subuh hingga 3 sore. Hawa dingin juga membuat belanja ke pasar ini terasa menyenangkan. Tak heran banyak orang yang bisa belanja ke pasar sekaligus healing di sini. Video ini lantas menarik banyak perhatian warganet. Beragam komentar memenuhi unggahan ini. "Ademnya kerasa sampai sini," komentar seorang warganet. Baca Juga Meski Merebak Penyakit LSD, Penjualan di Pasar Hewan Tanjungsari Sumedang Meningkat hingga 30 Persen, Begini Kata Kepala UPTD Warganet lainnya ikut berkomentar. "Kalau pasarnya begini dijamin rajin nganter emak," ujar warganet ini. "Gegara KKN di Wonosobo jadi bawaannya kangen mulu sama Wonosobo sumpah," tulis warganet lainnya di kolom komentar. Sementara itu, hingga Kamis 25/8/2022, video ini sudah ditonton sebanyak lebih dari 50 ribu kali di Twitter.
Sayur yang dijual di pasar. Sayur atau sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan nabati yang biasanya mengandung kadar air yang tinggi, yang dapat dikonsumsi setelah dimasak atau diolah dengan teknik tertentu, atau dalam keadaan segar.[one] [two] Istilah untuk kumpulan berbagai jenis sayur adalah sayur-sayuran atau sayur-mayur. Pengolahan sayur-mayur dapat dilakukan dengan cara beragam. Sayur merupakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Sayuran berperan penting bagi manusia karena memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang rendah, tetapi tinggi vitamin, mineral dan serat makanan yang penting bagi kesehatan.[3] Banyak ahli gizi mendorong orang untuk mengkonsumsi banyak buah dan sayuran dengan merekomendasikan konsumsi lima porsi atau lebih dalam sehari.[4] [5] Awalnya, manusia mengumpulkan sayuran dari alam liar oleh pemburu-pengumpul sebelum adanya sistem pertanian.[6] Sayuran mulai dibudidayakan di beberapa bagian dunia, selama periode SM sampai SM.[7] Banyak petani pedesaan di Afrika, Asia, Amerika Selatan, dan di tempat lain mempraktikkan sistem pertanian ini untuk menghasilkan makanan yang cukup dan menukar hasil panen yang dipertukarkan dengan barang lain.[viii] Hal ini diiringi cara hidup mereka dengan mengembangkan pertanian baru. Pada awalnya, sistem pertanian dengan mengidentifikasi tumbuhan yang berguna diupayakan untuk tumbuh dan tumbuhan yang tidak diinginkan adalah produsen sayuran terbesar, dan perdagangan global produk pertanian memungkinkan konsumen untuk membeli sayuran yang ditanam di negara-negara yang jauh. Skala produksi bervariasi dari petani subsisten yang memasok kebutuhan pangan keluarga mereka, hingga agribisnis dengan areal luas tanaman produk tunggal.[9] Etimologi [sunting sunting sumber] Kata vegetable pertama kali tercatat di Inggris pada awal abad ke-15. Kata tersebut berasal dari bahasa Prancis Kuno yang awalnya digunakan untuk menyebut semua tanaman. Kata tersebut diserap bahasa Latin Abad Pertengahan vegetabile atau vegetabilis dari kata vegetĆ âberkembangâ + -Äbilis yang berarti âtumbuh, berkembangâ yaitu tanaman.[10] [11] [two] Kata tersebut merupakan hasil perubahan semantik dari bahasa Latin Akhir yang berarti âmenghidupkan, mempercepat.[2] Secara umum, kata sayur merupakan segala sesuatu yang berasal dari tumbuhan yang dapat tapi tidak harus dimasak, atau dengan kata lain disayur.[12] [thirteen] Istilah âsayurâ tidak diberi batasan secara ilmiah. Sebagian besar sayur mencakup bagian-bagian vegetatif dari tumbuhan, yang umumnya berupa daun dan biasanya beserta tangkainya, tetapi dapat pula berupa batang muda mis. rebung, umbi batang mis. kentang atau umbi akar mis. wortel . Sementara yang lainnya berasal dari organ generatif, yang umumnya berupa polong-polongan mis. buncis dan kapri, tetapi dapat juga berupa bunga mis. kecombrang dan turi atau buah utuh misalnya terung dan tomat. Terdapat pula bagian-bagian khas dari beberapa tumbuhan yang juga tergolong sebagai sayur-sayuran, seperti tongkol jagung muda baby corn dan jantung pisang. Selain itu, cendawan atau jamur besar yang dapat dimakan juga digolongkan sebagai sayur, meskipun secara taksonomi bukan tumbuhan.[14] [fifteen] [16] Terminologi [sunting sunting sumber] Secara terminologi, âsayuranâ dapat bervariasi karena banyak bagian tanaman yang ada di dunia, seperti akar, umbi-umbian, batang, daun, atau bagian bunga yang dapat dikonsumsi sebagai makanan. Dalam arti luas, istilah sayuran sebagai kata sifat berarti âberasal dari tumbuhanâ. Secara khusus, istilah sayuran dapat didefinisikan sebagai âtumbuhan apapun yang bagiannya dapat dimakanâ. [17] Kemudian dalam arti sekunder menjadi âbagian yang dapat dimakan dari tumbuhanâ.[17] Definisi yang lebih tepat adalah âsetiap bagian tanaman yang dapat dikonsumsi sebagai makanan kecuali buah atau biji, tetapi termasuk buah matang yang dimakan sebagai makanan utamaâ.[18] Selain dari definisi itu, jamur yang dapat dikonsumsi seperti jamur pangan dan rumput laut, walau bukan bagian dari tumbuhan, sering dikelompokkan sebagai sayuran.[19] [20] Dalam dunia kuliner, buah-buahan, meskipun mengandung banyak air, secara eksklusif dianggap terpisah dari kelompok sayur-sayuran terutama bagi buah-buahan yang rasanya manis. Definisi buah dalam dunia kuliner berbeda dengan buah dalam ilmu botani, sehingga beberapa makanan yang termasuk buah menurut ilmu botani, dianggap sebagai sayur dalam kuliner. Beberapa makanan tersebut sebagai contoh adalah terung, paprika, dan tomat.[21] Biji-bijian dan sebagian dari kacang-kacangan juga dianggap sebagai terpisah dari sayur-mayur. Beberapa bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber pengobatan, bumbu masak, atau rempah-rempah juga terkadang tapi tidak semua dianggap terpisah dari sayur-sayuran. Karena tradisi dan cara penyajian makanan yang berbeda di setiap negara, penggolongan sayur-mayur juga berbeda pada masing-masing negara. Misalnya, avokad yang sering dianggap sebagai sayur di negara-negara barat karena sering menjadi pendamping selada, tetapi dianggap buah di Indonesia karena sering dibuat sebagai jus. Sejarah [sunting sunting sumber] Manusia dulunya adalah pemburu-pengumpul sebelum adanya sistem pertanian. Mereka mencari bangkai hewan dan berburu untuk mendapatkan makanan. Mereka juga mencari buah-buahan, kacang-kacangan, batang, dedaunan, dan umbi-umbian yang dapat dimakan.[half dozen] Pertamanan hutan dengan membuka lahan di hutan tropis diyakini menjadi awal mula sistem pertanian dengan mengidentifikasi tumbuhan yang berguna diupayakan untuk tumbuh dan tumbuhan yang tidak diinginkan disingkirkan. Kemudian berikutnya dilakukan pemuliaan tanaman melalui pemilihan galur dengan sifat yang diinginkan seperti buah besar dan perkembangan yang kuat.[22] Kemudian bukti pertama domestikasi serealia seperti gandum dan barli ditemukan di Hilal Subur di Timur Tengah. Kemungkinan besar manusia di seluruh dunia mulai bertani antara pada SM hingga SM.[7] Banyak petani pedesaan di Afrika, Asia, Amerika Selatan, dan di tempat lain mempraktikkan pertanian subsisten saat ini, menggunakan bidang tanah mereka untuk menghasilkan makanan yang cukup untuk keluarga mereka sambil memperdagangkan hasil panen yang berlebih untuk dipertukarkan dengan barang lain.[8] Sejarah mencatat, orang kaya telah mampu membeli makanan yang bervariasi seperti daging, sayuran, dan buah. Namun, daging adalah makanan mewah bagi orang miskin. Mereka hanya mengonsumsi makanan hambar yang sebagian besar terdiri dari beras, gandum hitam, gandum, barli, milet, atau jagung. Penambahan sayuran memberikan variasi pada makanan. Suku Aztec di Amerika Tengah menanam tomat, alpukat, kacang-kacangan, paprika, waluh, labu, kacang tanah, antara lain, untuk melengkapi tortilla dan bubur mereka. Suku Inca di Peru mengonsumsi jagung di dataran rendah dan kentang di dataran tinggi sebagai makanan pokok. Untuk melengkapi makanan mereka, mereka mengonsumsi biji kinoa, paprika, tomat, dan alpukat.[23] Di Cina kuno, makanan pokok di selatan adalah nasi, dan makanan pokok di utara adalah gandum, yang dibuat menjadi pangsit, mie, dan panekuk. Sayuran yang digunakan sebagai lauk antara lain ubi jalar, kedelai, kara oncet, lobak, daun bawang, dan bawang putih. Makanan pokok orang Mesir kuno adalah roti, yang sering terkontaminasi oleh pasir yang membuat gigi mereka terkikis. Daging merupakan makanan mewah, tetapi ikan masih cukup sering dikonsumsi. Kemudian dihidangkan dengan berbagai sayuran, termasuk zukini, kacang babi, lentil, bawang bombai, bawang prei, bawang putih, lobak dan selada.[23] Roti adalah makanan pokok di Yunani kuno, bersama dengan keju kambing, zaitun, buah ara, ikan, dan terkadang daging. Bawang bombai, bawang merah, bawang putih, kubis, melon, dan lentil termasuk sayuran yang dibudidayakan.[24] Di Romawi Kuno, mereka memakan Bubur kental dibuat dari gandum atau biji-bijian dengan lauk sayuran hijau tanpa daging dan ikan. Orang Romawi menanam kacang babi, kacang polong, bawang bombai, dan lobak, serta memakan daun bit, bukan akarnya.[25] Beberapa sayuran umum [sunting sunting sumber] Sayuran umum Gambar Jenis Bagian yang dikonsumsi Tanah asal Kultivar Brassica oleracea Brassicaceae daun, kuncup, batang, kepala bunga Eropa Kubis, Kubis brussel, Kembang kol, Brokoli, Kubis keriting, Kohlrabi, Kubis putih, Kubis merah, Kubis savoy, Brokoli Cina Kailan, Sawi hijau Brassica rapa akar, daun Asia Lobak cina, Kubis tiongkok, Sawi putih, Pakcoy bok choy Raphanus sativus akar, daun, polong biji, minyak biji, tunas Asia Tenggara Lobak, daikon, varietas polong biji Daucus carota akar, daun, batang Persia Wortel Pastinaca sativa akar Eurasia Ubi Beta vulgaris akar, daun Eropa dan Timur Dekat Akar Bit, Fleck Laut, Lobak Swiss, Flake Gula Lactuca sativa daun, batang, minyak biji Mesir Selada, Selada Batang Phaseolus vulgaris, Phaseolus coccineus, Phaseolus lunatus polong, biji Amerika Tengah dan Selatan Kacang Hijau, Kacang Perancis, Kacang Runner, Kacang Haricot, Kacang Lima Vicia faba polong, biji Mediterania dan Timur Tengah Kacang Panjang Pisum sativum polong, biji, kecambah Mediterania dan Timur Tengah Ercis, Kapri, Buncis Solanum tuberosum umbi-umbian Amerika Selatan Kentang Solanum melongena buah-buahan Asia Selatan dan Timur Terong Solanum lycopersicum buah-buahan Amerika Selatan Tomat Cucumis sativus buah-buahan Asia Selatan Ketimun Cucurbita spp. buah-buahan, bunga Mesoamerika Labu Allium cepa umbi, daun Asia Bawang, Bawang Bombai, Bawang Merah, Daun Bawang Allium sativum umbi Asia Bawang putih Allium ampeloprasum sarung daun Eropa dan Timur Tengah Daun Bawang, Bawang Putih Gajah Capsicum annuum buah-buahan Amerika Utara dan Selatan Paprika Spinacia oleracea dedaunan Asia Tengah dan Barat Daya Bayam, Bayam Jepang Dioscorea spp. umbi-umbian Afrika Tropis Yam Uwi Ipomoea batatas umbi, daun, pucuk Amerika Tengah dan Selatan Ubi Jalar Manihot esculenta umbi-umbian Amerika Selatan Singkong Ekologi tempat tumbuh [sunting sunting sumber] Tempat tumbuhnya sayuran secara ekologi dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya dari permukaan laut.[26] Adapun ekologi tempat tumbuhnya yakni 1 Dataran rendah yang juga dikenal dengan dataran aluvial merupakan bentuk muka bumi yang relatif datar dan ada di daerah rendah yang mempunyai ketinggian kurang dari 350 meter di atas permukaan laut. Ciri khas kawasan dataran rendah adalah udaranya yang panas dan ketersediaan air cukup,[26] ii Dataran medium merupakan bentuk muka bumi pada dataran tempat tumbuhnya di daerah sedang dengan ketinggian antara 350 â 700 meter diatas permukaan laut. Tanah pada dataran tanah ini terbagi mejadi dataran medium andisol dan latosol,[27] dan 3 Dataran tinggi merupakan bentuk muka bumi dengan dataran luas dan terletak di daerah tinggi atau biasanya di pegunungan yang rendah dengan kisaran ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi ini dicirkan dengan amplitudo suhu harian dan tahunan besar, kelembapan udara sangat rendah dan curah hujan rendah. Jenis tanah pada dataran tinggi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu andisol, inceptisol dan entisol.[28] Ekologis tempat tumbuh sayuran sangat penting dalam pemberantasan hama yaitu memberantas gulma, hama atau penyakit dengan cara merubah lingkungan.[29] Dalam pemberantasan pengganggu ini biasanya digunakan zat kimia seperti pestisida nabati.[30] Jenis pestisida secara selektif dipilih yang paling efektif dan hanya mematikan jenis hama pengganggu atau penyakit sesuai sasaran dan mempunyai daya racun tinggi tanpa merusak tanaman yang dibudidayakan sehingga nutrisi tanaman sayur tetap terjaga.[29] Nutrisi dan kesehatan [sunting sunting sumber] Sayuran berperan penting bagi manusia karena memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang rendah, tetapi tinggi vitamin vitamin A, vitamin C, dan vitamin E, mineral dan serat makanan yang penting bagi kesehatan.[iii] Sayuran pada makanan dapat membantu penurunan kejadian kanker, stroke, penyakit kardiovaskular, dan penyakit kronis lainnya.[31] [32] Suatu penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan individu yang makan kurang dari tiga porsi buah dan sayuran di tiap hari, atau seseorang yang makan lebih dari lima porsi memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner atau stroke akan lebih rendah yakni sekitar 20%.[33] Kandungan nutrisi pada sayuran sangat bervariasi, dapat mengandung sejumlah protein walau umumnya mengandung sedikit lemak,[34] dan dapat mengandung vitamin seperti vitamin A, vitamin C, kemudian provitamin, karbohidrat, serat, natrium, kalium, kalsium, zat besi, serta mineral lainnya.[35] Sayuran dapat dikonsumsi dengan cara beragam, baik sebagai hidangan utama seperti capcay atau tumis kangkung, hidangan pembuka dan penutup seperti salad, atau hidangan sampingan seperti kubis, semanggi pada makanan lalapan .[36] [37] [38] [39] Adapun cara pengolahan yakni melalui perebusan, pengukusan, penggorengan, penyangraian, penumisan atau pun dengan menambahkan atau mencampur dengan bahan makanan lain seperti dalam hidangan lalap dan selada.[xl] [41] [42] Di Amerika Serikat, buah dan sayuran, terutama sayuran hijau, telah dikaitkan dengan lebih dari setengah kejadian keseluruhan infeksi gastrointestinal yang disebabkan norovirus. Makanan ini biasanya dikonsumsi mentah dan dapat terkontaminasi selama proses pengolahan makanan.[43] [44] Saat menangani makanan mentah, kebersihan sangat penting, dan produk tersebut harus dibersihkan, ditangani, dan disimpan dengan benar untuk menghindari kontaminasi.[44] Rekomendasi [sunting sunting sumber] Konsumsi sayuran per kapita pada tahun 2013.[45] USDA merekomendasikan agar orang Amerika mengonsumsi lima hingga sembilan porsi buah dan sayuran per hari.[46] Jumlah keseluruhan yang dikonsumsi bervariasi menurut usia dan jenis kelamin, dan didasarkan pada ukuran porsi biasa serta komposisi nutrisi umum. Kentang tidak dihitung karena sebagian besar merupakan sumber pati. Satu porsi sebagian besar sayuran dan jus sayuran adalah setengah cangkir, yang bisa dimakan mentah atau dimasak. Satu porsi sayuran berdaun hijau, seperti selada dan bayam, biasanya satu cangkir penuh.[47] Karena tidak ada satu pun buah atau sayuran yang dapat memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan yang baik, berbagai jenis makanan harus dipilih.[33] Produksi [sunting sunting sumber] Penanaman [sunting sunting sumber] Menanam sayuran di Afrika Selatan Sejak dahulu sayuran telah menjadi bagian dari makanan manusia yang bisa dikonsumsi.[48] Sayuran dapat berupa makanan pokok tetapi kebanyakan digunakan sebagai bahan tambahan dan penambah variasi pada makanan dengan cita rasa yang unik dan pada waktu bersamaan juga menambahkan nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan.[49] [50] [51] Sistem budidaya penanaman mengikuti pola yang sama yakni one penyiapan atau pengolahan tanah untuk penanaman dengan menggemburkan tanah, kemudian menyiangi lahan,[52] 2 menaburkan kompos atau pupuk kandang,[53] [54] 3 Membuat lubang dan jarak tanaman, penyemaian benih serta penaburan benih,[55] 4 merawat tanaman muda saat tumbuh dengan mencegah pertumbuhan ilalang, mengendalikan hama, dan menyediakan air yang cukup untuk menjaga kelembapan tanah, v memanen hasil tanaman yang siap panen, dan 6 menyimpan ataupun memasarkan hasil panen atau memakannya selagi sayuran segar dari tanah.[56] Menyiangi tanaman kubis di Colorado, Equally Jenis tanah yang berbeda sesuai dengan tanaman yang berbeda dan cenderung lebih cocok di daerah beriklim sedang. Tanah berpasir cenderung mengering dengan cepat sehingga lebih platonic untuk tanaman di musim semi, sedangkan tanah liat berat cenderung menahan kelembapan yang lebih baik sehingga lebih ideal untuk tanaman di akhir musim. Penggunaan bulu domba, cloches, mulsa plastik, polytunnels, dan rumah kaca dapat memperpanjang musim pertumbuhan. Iklim, khususnya pola curah hujan, membatasi produksi sayuran di lokasi yang lebih panas, sedangkan suhu dan panjang hari membatasi produktivitas di zona beriklim sedang.[57] Dalam skala kecil, sekop, garpu tanah, dan cangkul adalah alat pilihan, sedangkan pertanian komersial memiliki akses ke berbagai peralatan mekanis. Diantaranya, selain traktor juga termasuk bajak, garu, bor, transplanter, kultivator, peralatan irigasi, dan pemanen.[58] [59] Dengan sistem pemantauan komputer, pencari GPS, dan program cocky-steer untuk robot otonom, teknik baru merevolusi operasi budidaya yang terlibat dalam menanam sayuran, memberikan manfaat ekonomi.[59] Panen [sunting sunting sumber] Panen merupakan istilah umum yang digunakan dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di sebuah lahan. Namun, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budi daya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, alga atau gulma laut, dan hasil hutan kayu maupun non-kayu.[lx] [61] [62] Panen dapat dilakukan dengan dua metode pemanenan keseluruhan full dan pemanenan sebagian selektif.[63] Jangka waktu dari pemanenan didasarkan pada pertumbuhan tiap tanaman. Apabila tanaman semakin subur, maka waktu panen akan semakin cepat.[64] Memanen chip di Inggris Raya Sumber air dan makanan sayuran terputus saat dipanen. Itu terus terjadi, kehilangan kelembapan dalam prosesnya, seperti yang terlihat pada layunya tanaman berdaun hijau.[65] Sayuran umbi-umbian memiliki masa simpan yang lebih lama jika dipanen saat masak sepenuhnya, tetapi mereka juga dapat dibiarkan di tanah dan dipanen seiring waktu. Pemanenan harus dilakukan dengan cara yang tidak merugikan tanaman untuk mencegah rusaknya tanaman sehingga perlunya penanganan pascapanen, yang dapat mencegah kerusakan material melalui pengawetan, penyimpanan yang teratur, dan pendinginan, disorot di sini. Karena bahan memiliki sifat yang mudah rusak. Hal inilah sehingga dibutuhkan penanganan pascapanen yang dilakukan dengan hati-hati.[66] Bawang bombai, bawang merah dan bawang putih dapat dikeringkan di ladang selama beberapa hari, sedangkan tanaman umbi-umbian seperti kentang mendapat manfaat dari tahapan pematangan secara singkat dalam kondisi hangat dan lembap serta kulit menebal dan mengeras. Penilaian harus dilakukan sebelum penjualan atau penyimpanan untuk membuang barang yang rusak dan memilih produk berdasarkan kualitas, ukuran, kematangan, dan warna.[67] Penyimpanan [sunting sunting sumber] Perawatan pascapanen yang tepat bermanfaat bagi semua sayuran. Selama periode penyimpanan, sebagian besar sayuran dan makanan yang mudah rusak akan membusuk.[68] [69] Di negara-negara berkembang tanpa fasilitas penyimpanan dingin yang memadai, kerugian ini bisa mencapai tiga puluh hingga lima puluh persen. Kerusakan ini disebabkan oleh jamur, mikroorganisme, dan hama yang mempengaruhi kelembapan.[lxx] Penyimpanan sementara kentang di Belanda Penyimpanan jangka pendek dan jangka panjang keduanya merupakan sebagian besar sayuran mudah rusak, penyimpanan jangka pendek selama beberapa hari memungkinkan fleksibilitas penjualan.[71] [72] Sayuran berdaun kehilangan kelembapannya selama penyimpanan, dan vitamin C di dalamnya terdegradasi dengan cepat. Beberapa produk, seperti kentang dan bawang, tetap baik dan dapat dijual ketika harga yang lebih tinggi tersedia; dengan memperpanjang musim penjualan, volume total hasil panen yang lebih besar dapat dijual. Sebagian besar tanaman memprioritaskan penyimpanan makanan berkualitas tinggi, mempertahankan tingkat kelembapan yang tinggi, dan menjaga produk di tempat teduh jika penyimpanan berpendingin tidak tersedia.[67] Aplikasi rantai dingin yang efektif adalah faktor terpenting dalam penyimpanan pascapanen yang tepat yang bertujuan untuk memperpanjang dan mempertahankan umur simpan sehingga komoditas pangan terjaga.[73] [74] Sayuran termasuk kembang kol, terong, selada, lobak, bayam, kentang, dan tomat mendapat manfaat dari penyimpanan dingin, dengan suhu platonic yang bervariasi berdasarkan varietas tanaman. Pendinginan evaporatif adalah contoh teknologi pengontrol suhu yang tidak memerlukan penggunaan listrik. Perkembangan mikroba dapat dihambat dan umur simpan diperpanjang dengan menyimpan buah-buahan dan sayuran di lingkungan yang terkendali dengan jumlah karbon dioksida atau oksigen yang tinggi.[75] Sayuran dan produk pertanian lainnya dapat diiradiasi dengan radiasi pengion untuk melindunginya dari infeksi mikroba dan kerusakan serangga, serta kerusakan fisik. Ini memiliki kemampuan untuk memperpanjang umur penyimpanan makanan tanpa mempengaruhi karakteristiknya.[76] Pengawetan [sunting sunting sumber] Sayuran diawetkan untuk memperpanjang umur simpannya sehingga bisa dimakan atau dijual. Tujuannya adalah untuk memanen makanan yang paling enak dan sehat, dan untuk menjaga kualitas makanan selama mungkin. Penyebab utama kerusakan pada sayuran setelah panen adalah aktivitas enzim yang terjadi secara alami dan pembusukan yang disebabkan oleh mikroba. Pengalengan dan pembekuan adalah cara yang paling umum, dan sayuran yang diawetkan dengan cara ini memiliki nilai gizi yang sebanding dengan sayuran segar dalam hal karotenoid, vitamin E, mineral, dan serat makanan.[77] Enzim dalam sayuran dinonaktifkan dan mikroorganisme yang ada dihancurkan oleh panas selama proses pengalengan. Kaleng yang terutup rapat dapat mengeluarkan udara dari makanan untuk mencegah makanan membusuk. Untuk menghindari kerusakan mekanis pada produk dan untuk mempertahankan rasa sebanyak mungkin, digunakan panas terendah yang diperlukan dan waktu pemrosesan terpendek. Setelah itu, kaleng dapat disimpan pada suhu kamar untuk waktu yang lama.[78] Untuk waktu yang singkat, membekukan sayuran dan menjaga suhunya di bawah -10°C 14°F dapat menghindari pembusukan, meskipun penyimpanan jangka panjang memerlukan suhu -eighteen°C 0°F. Kerja enzim yang ada pada sayuran akan dihambat, dan blansing dapat digunakan sebagai teknik memasak sayuran siap saji dengan ukuran yang sesuai sebelum pembekuan sehingga menghindari cita rasa kurang enak. Pada suhu tersebut, tidak semua bakteri akan dihilangkan, oleh karena itu sayuran harus digunakan sesegera mungkin setelah dicairkan. Jika tidak, mikroba apa pun yang ada dapat tumbuh.[79] Tomat yang dikeringkan dengan sinar matahari di Yunani Beberapa sayuran, seperti tomat, jamur, dan kacang-kacangan, secara tradisional dikeringkan di bawah sinar matahari, dengan buah direntangkan di atas rak dan dibalik secara berkala. Pendekatan ini memiliki berbagai kelemahan, termasuk ketidakmampuan untuk mengontrol laju pengeringan, pembusukan saat pengeringan yang lamban, kontaminasi oleh kotoran, kebasahan hujan, dan serangan hewan pengerat, burung, dan serangga. Pengering bertenaga surya dapat membantu mengurangi kelemahan ini. Selama penyimpanan, makanan kering harus dijaga agar tidak menyerap kembali kelembapan.[seventy] Negara penghasil terbesar [sunting sunting sumber] Cina menjadi sebuah negara penghasil sayuran terbesar dengan lebih dari setengah produksinya di dunia. Kemudian diikuti India, Amerika Serikat, Turki, Iran, dan Mesir adalah produsen terbesar berikutnya. Cina mempunyai lahan terluas dikhususkan untuk produksi sayuran, sedangkan rata-rata hasil panen per hektare tertinggi diperoleh di Spanyol dan Korea Selatan.[9] Negara Area yang dibudidayakan dalam ribu hektare hektare Menghasilkan dalam ribu kg/ha 890 lb/hektare Produksi dalam ribu ton ton pendek Cina 230 Republic of india 138 Amerika Serikat 318 Turki 238 Iran 767 261 Mesir 755 251 Italy 537 265 xiv,201 Rusia 759 175 Spanyol 348 364 12,679 Meksiko 681 184 Nigeria 1844 64 xi,830 Brazil 500 225 Jepang 407 264 Indonesia 1082 90 Korea Selatan 268 364 Vietnam 818 110 Ukraina 551 162 Uzbekistan 220 342 7,529 Filipina 718 88 Perancis 245 227 5,572 Dunia full 188 Standar keamanan [sunting sunting sumber] Alasan keamanan, CDC merekomendasikan penanganan buah dan sayuran yang tepat untuk mengurangi risiko kontaminasi makanan dan keracunan makanan. Pilih buah dan sayuran segar dengan hati-hati. Di toko, sayuran dan buah-buahan tidak boleh rusak, dan sayuran yang tidak dipotong harus didinginkan atau dikelilingi dengan es batu. Buah dan sayuran harus dicuci sebelum dimakan. Semua ini harus dilakukan dengan benar sebelum memasak atau makan untuk menghindari efek negatif.[lxxx] Buah-buahan dan sayuran harus disimpan secara terpisah dari makanan mentah seperti daging, unggas, dan makanan laut dan semua peralatan atau permukaan memasak seperti talenan yang mungkin bersentuhan dengannya. Buah dan sayuran, jika tidak dimaksudkan untuk dimasak, harus dibuang jika terkena daging mentah, unggas, makanan laut, atau telur. Semua buah dan sayur yang telah dipotong, dikupas, atau dimasak harus didinginkan dalam waktu 2 jam. Setelah waktu tertentu, bakteri berbahaya dapat tumbuh dan meningkatkan risiko keracunan makanan.[81] Organisasi Standardisasi Internasional ISO menetapkan beberapa standar internasional untuk memastikan bahwa produk dan layanan yang berhubungan dengan buah-buahan dan sayur-sayuran aman, terpercaya, dan berkualitas baik.[82] ISO 1991-ane1982 mendaftar nama ilmiah dari 61 spesies yang umum dijadikan sebagai sayur beserta nama umumnya dalam Bahasa Inggris, Prancis, dan Rusia.[83] ISO memberikan panduan mengenai penyimpanan dan pengangkutan sayuran dan produk turunannya.[84] Referensi [sunting sunting sumber] ^ Indonesia Arti kata sayur dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ^ a b c Harper, Douglas. âvegetableâ. Online Etymology Dictionary . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ a b Ălger, Taha Gökmen., Songur, AyĆe Nur., Ăırak, Onur., & ĂakıroÄlu, Funda Pınar. 2018. âPart of Vegetables in Man Diet and Disease Preventionâ. . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ âKetahui Anjuran Ahli Gizi Terkait Pola Makan Sehat dan Tepatâ. . Diakses tanggal 2022-01-twenty . ^ âStudi 5 Porsi Buah dan Sayur Tiap Hari Buat Panjang Umurâ. . Diakses tanggal 2022-01-twenty . ^ a b Portera, Claire C.; Marlowe, Frank W. 2007. âHow marginal are forager habitats?â. Journal of Archaeological Science. 34 one 59â68. doi ^ a b âThe Evolution of Agricultureâ. National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-14. Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ a b Wharton, Clifton R. 1970. Subsistence Agriculture and Economic Development. Transaction Publishers. hlm. 18. ISBN 978-0-202-36935-8. ^ a b âTable 27 Top vegetable producers and their productivityâ PDF. FAO Statistical Yearbook 2013. Nutrient and Agriculture Organization of the United Nations. hlm. 165. Diakses tanggal 2015-09-fourteen . ^ âvegetabilis/vegetabileâ. . Diakses tanggal 2022-01-xx . ^ âvegetabilis Latinâ. . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Sari, Vonny Indah; Susi, Neng; Rizal, Muhammmad 2021. âPelatihan Pengolahan Sayuran Menjadi Makanan dan Minuman Sehat di Kelurahan Balai Raja Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalisâ. iii 70. ISSN 2746-2412. ^ âJenis-Jenis Sayuran yang Aman Dimakan Mentah dan Kaya Nutrisiâ. . Diakses tanggal 2022-01-xx . ^ Tantalu, Lorine; Rahmawati, Atina; Setiyawan, Ahmad Iskandar; Sasongko, Pramono; Ahmadi, Kgs.; Mushollaeni, Wahyu; Santoso, Budi; Wirawan 2017. Rekayasa Pengolahan Produk Agroindustri. Dki jakarta Selatan Media Nusa Artistic MNC Publishing. hlm. vi. ISBN 9786026397805. ^ Rio, Handziko C.; Narulita, Roesma; Fahmi, Fajrin; Digdo, Akbar A.; Wijayanto, Agustinus; Surbakti, Rudianto; Erawan, Maâruf 2018. Modul Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup PDF. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Yayasan Kanopi Indonesia. hlm. 36. ISBN 9786239110703. ^ âFungi vegetablesâ. Spices & Medicinal Herbs Classification of vegetables. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-03-24 . ^ a b âVegetableâ. Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Sinha, Nirmal; Hui, Evranuz, E. ĂzgĂŒl; Siddiq, Muhammad; Ahmed, Jasim 2010. Handbook of Vegetables and Vegetable Processing. John Wiley & Sons. hlm. 192, 352. ISBN 978-0-470-95844-5. ^ Astuti, Novi Fuji 2022. âten Jenis Jamur yang Enak dan Aman Dikonsumsiâ. . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Ramdhani, Gilar 2021-09-28. âDikenal Sebagai Sayuran Super, Inilah Sederet Khasiat Rumput Laut Bagi Tubuhâ. . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Toman sebagai buah atau sayur pernah menjadi perdebatan hingga menjadi persengketaan yang diurus dalam Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1893. Nix five. Hedden, 149 south. 304 1893. ^ Douglas John McConnell 1992. The woods-garden farms of Kandy, Sri Lanka. hlm. 1. ISBN 978-92-5-102898-8. ^ a b Lambert, Tim. âA brief history of Foodâ. Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ Apel, Melanie Ann 2004. Country and Resource in Ancient Greece. Rosen Publishing Group. hlm. ten. ISBN 978-0-8239-6769-8. ^ Forbes, Robert James 1965. Studies in Ancient Technology. Brill Annal. hlm. 99. ^ a b Susilawati 2017. MENGENAL SAYURAN DAN TANAMAN Prospek dan Pengelompokkan PDF. Palembang Universitas Sriwijaya Press Unsri Press. hlm. 21. ISBN 979-587-964-2. ^ Susilawati 2017. MENGENAL SAYURAN DAN TANAMAN Prospek dan Pengelompokkan PDF. Palembang Universitas Sriwijaya Press Unsri Printing. hlm. 22. ISBN 979-587-964-2. ^ Susilawati 2017. MENGENAL SAYURAN DAN TANAMAN Prospek dan Pengelompokkan PDF. Palembang Universitas Sriwijaya Printing Unsri Press. hlm. 23. ISBN 979-587-964-ii. ^ a b Susilawati 2017. MENGENAL SAYURAN DAN TANAMAN Prospek dan Pengelompokkan PDF. Palembang Universitas Sriwijaya Press Unsri Press. hlm. 59. ISBN 979-587-964-ii. ^ Susilawati 2017. MENGENAL SAYURAN DAN TANAMAN Prospek dan Pengelompokkan PDF. Palembang Universitas Sriwijaya Press Unsri Printing. hlm. 58. ISBN 979-587-964-2. ^ âVegetablesâ. Infotech Portal. Kerala Agricultural University. Diakses tanggal 2015-03-24 . ^ Terry, Leon 2011. Health-Promoting Properties of Fruits and Vegetables. CABI. hlm. iiâ4. ISBN 978-1-84593-529-0. ^ a b âVegetables and Fruitsâ. Harvard Schoolhouse of Public Health. 2012-09-eighteen. Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Li, Thomas 2008. Vegetables and Fruits Nutritional and Therapeutic Values. CRC Printing. hlm. 1â2. ISBN 978-1-4200-6873-3. ^ P2PTM Kemenkes RI 2018. âNutrisi dalam Sayur-sayuranâ. . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Tandra, Hans 2022. Diabetes Bisa Sembuh Tanpa Obat. Yogyakarta Penerbit Andi. hlm. 58. ISBN 9786236822166. ^ Tim Ide Masak 2013. Seri Penganan Jadul Tetap Favorit Salad & Dessert. Gramedia Pustaka Utama. hlm. ane. ISBN 9789792294682. ^ Marsden, Kathryn 2008. The Cmplete Food Combning. Bandung Mizan Publika. hlm. 61. ISBN 9789793269726. ^ Budjang, Ibrahim 1994. Makanan wujud, variasi dan fungsinya serta cara penyajiannya pada orang Melayu, Jambi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat. hlm. 137. ISBN 9789793269726. ^ Winarto, Tim Lentera 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pusaka. hlm. 63. ISBN 979-3357-83-five. ^ Setiarto, Haryo Bimo 2021. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Guepedia. hlm. 39. ISBN 9786232708853. ^ Mirna 2021-09-09. âSAYURAN Dapat Diolah Selain Menjadi Makanan Juga Dapat Menjadi Minuman Sehat yang Banyak Mengandung?â. . Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ âthree Contoh Makanan Tercemarâ. . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ a b Centers for Affliction Command and Prevention 2013. âAttribution of Foodborne Disease, 1998â2008â. Estimates of Foodborne Affliction in the United States. 19 3. ^ âVegetable consumption per capitaâ. Our World in Information . Diakses tanggal 5 March 2022. ^ Fabulous fruits⊠versatile vegetables. United States Department of Agriculture. Diakses tanggal 2022-01-07. ^ âWhat is a serving?â. American Heart Association. 2014-12-xviii. Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ âVegetables and Fruitsâ. dalam bahasa Inggris. Diakses tanggal 2022-01-04 . ^ Sugiarto, R. Toto; dkk 2016. Ensiklopedi Kesehatan 2 Makanan dan Gizi. Bandung Kubu Buku. hlm. 8. ISBN 978-602-61128-vii-3. ^ Wahyuningsih 2022. Pengolahan Makanan Nusantara. Sleman, Yogyakarta Deepublish. hlm. 25. ISBN 9786230221439. ^ Saktika, Gadis 2022. â7 Makanan Awetan Nabati Paling Banyak Dicari. Bisa Dibuat Di Rumah!â. world wide . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Amarullah; Mardhiana; Willem; Chairiyah, Nurul 2021. Dasar Agronomi. Banda Aceh Universitas Syiah Kuala Press. hlm. 123. ISBN 9786232642751. ^ âLangkah-Langkah Pengomposan Sampah Organik Sisa Kegiatan Dapurâ. . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Ikrama, Alim Hajar 2022-09-08. âfive Tips Penting Menggunakan Kompos, Biar Tanaman Makin Suburâ. portaljember . Diakses tanggal 2022-01-xx . ^ âBudidaya Sayuran di Lahan Pekaranganâ. . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ âLangkah-langkah Menanam Sayur di Pekaranganâ. Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan. 2022-07-01. Diakses tanggal 2022-01-02 . ^ Midmore, David J. 2015. Principles of Tropical Horticulture. CABI. hlm. 36. ISBN 9781780645414. ^ Moens, A.; Siepman, 1984. Development of the agricultural equipment manufacture in developing countries dalam bahasa Inggris. Pudoc Wageningen. hlm. 77. ISBN 9022008649. ^ a b Stevens, Donovan; Ware, Daxton 2018. Biotechnology of Horticultural Crops dalam bahasa Inggris. Scientific e-Resources. hlm. 154. ISBN 9781839471827. ^ âPanen Kayu Manis Cinnamomum zeylanicumâ. Kementerian Pertanian Republik Republic of indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-06. Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ âDam Bengawan Solo Ditutup, Warga Panen Ikanâ. Senin, 14 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-x-24. Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Gunawan, Hendra 2013-06-thirteen. âJamur Tiram, Sekali Panen Dapat Rp . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Asyari Hasbullah, Umar Hafidz; dkk 2021. Kopi Indonesia. Medan Yayasan Kita Menulis. hlm. 36. ISBN 9786233423250. ^ Hendra, Heru Agus; Andoko, Agus 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofarm. AgroMedia Pustaka. hlm. 108. ISBN 979-006-517-5. ^ âHarvesting Vegetablesâ. 2022. Diakses tanggal 2022-01-xx . ^ Samad, Thou. Yusuf 2006. âPengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas Hortikulturaâ PDF. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8 ane 31. doi ^ a b Dixie, Grahame 2005. â8. Post-harvest handling Storageâ. Horticultural Marketing. FAO. Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ Yahya Hiola, Sitti Khadijah 2018. Teknologi Pengolahan Sayuran. Makassar, Sulawesi Selatan Inti Mediatama. hlm. 19. ISBN 9786025222580. ^ Asiah, Nurul; Nurenik; David, Wahyudi; Djaeni, Mohamad 2022. Teknologi Pascapanen Bahan Pangan. Sleman, Yogyakarta Deepublish. hlm. 129. ISBN 9786230217357. ^ a b Garg & Prakash; Garg, 2000. Solar Energy Fundamentals and Applications. Tata McGraw-Loma Education. hlm. 191. ISBN 978-0-07-463631-two. ^ Sulaeman, Ahmad 2017. Prinsip-Prinsip HACCP dan Penerapannya pada Industri Jasa Makanan dan Gizi. Bogor IPB Press. hlm. 52. ISBN 9786024408879. ^ Harjadi, Sri Setyati 2019. Dasar-Dasar Agronomi. Gramedia pustaka utama. hlm. 79. ISBN 9786020613802. ^ âCold Concatenation intervention for fruits and vegetables distribution in Indiaâ. . Diakses tanggal 2022-01-20 . ^ Dewan Guru Besar IPB 2016. Pangan untuk Kesejahteraan Masyarakat. Bogor IPB Press. hlm. Pendahuluan. ISBN 9786232562110. ^ Thompson, A. Keith 2010. Controlled Temper Storage of Fruits and Vegetables. CABI. hlm. 18. ISBN 978-1-84593-647-1. ^ de Zeeuw, Dick. âUse of nuclear energy to preserve homoâs foodâ PDF. International Atomic Free energy Agency. Diakses tanggal 2015-03-22 . ^ Rickman, Joy C.; Bruhn, Christine 1000.; Barrett, Diane Thou. 2007. âNutritional comparing of fresh, frozen, and canned fruits and vegetables II. Vitamin A and carotenoids, vitamin Eastward, minerals and fiberâ PDF. Journal of the Science of Food and Agronomics. 87 7 1185â96. doi ^ Stevens, Donovan; Ware, Daxton 2018. Biotechnology of Horticultural Crops. Scientific east-Resources. hlm. 155. ISBN 9781839471827. ^ Hui, Ghazala, Sue; Graham, Dee Chiliad.; Murrell, Nip, Wai-Kit 2003. Handbook of Vegetable Preservation and Processing. CRC Press. hlm. 286â90. ISBN 978-0-203-91291-1. ^ Pininta, Ayunda 2016. â5 Cara Cegah Keracunan Makananâ. . Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ âBegini Ternyata Cara Menyajikan Makanan Sehat yang Benar Agar Kesehatan Selalu Terjagaâ. 2019. Diakses tanggal 2022-01-07 . ^ â Fruits. Vegetablesâ. International Organization for Standardization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-25. Diakses tanggal 2009-04-23 . ^ âISO 1991-ane1982 Vegetables â Classificationâ. International Organization for Standardization. Diakses tanggal 2015-03-twenty . ^ â Vegetables and derived productsâ. International System for Standardization. Diakses tanggal 2015-03-20 . Lihat pula [sunting sunting sumber] Daftar sayur
Potensi tanaman hortikultura khususnya sayuran yang ada di Kecamatan Tinggimoncong cukup besar bahkan beberapa jenis sayuran seperti kubis, petsai, wortel, bawang daun dan kentang, selain dipasarkan dalam wilayah kabupaten juga dipasarkan sampai ibukota propinsi bahkan di antar pulaukan ke Kalimantan namun demikian sistem pemasarannya masih bersifat tradisional yang berimplikasi pada pendapatan petani sebagai produsen tidak optimal. Penelitian ini bertujuan mengkaji stuktur pasar, saluran distribusi dan margin pemasaran produk usahatani sayur-sayuran yang berada di Desa Karenapia, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2019, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Struktur pasar sayuran yang terbentuk di desa Kanreapia mengarah pada pasar oligopsoni. Struktur pasar di tingkat kabupaten/kota, lebih memgarah pada pasar persaingan sempurna dan diferensiasi. petani sebagai produsen tidak memiliki sarana dan perlakuan pascapanen standarisasi melalui grading, lemahnya informasi tentang pasar sehingga peranan petani dalam memanfaatkan peluang pasar sangat kecil, skala usaha yang relatif kecil dan usaha tani yang tidak didasarkan atas permintaan pasar, menyebabkan posisi tawar petani sangat lemah, hal ini memungkinkan kehadiran pedagang perantara yang kemudian lebih dominan dalam penentuan harga jual di tingkat petani. Bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan konsumen untuk beberapa jenis sayuran, rata-rata lebih kecil dibandingkan yang diterima oleh pedagang perantara sehingga sistem pemasaran yang terjadi dinilai kurang efisien bagi petani. The potential of horticultural crops, especially vegetables in the District of Tinggimoncong is quite considerable. Some types of vegetables such as cabbage, Chinese cabbage, carrots, leeks and potatoes, besides being marketed in the Regency Area, are also marketed to the provincial capital even inter-island to Kalimantan. The marketing system, however, is still traditional, and that makes the income of the farmers as the producers is not optimal. This study aimed to examine the market structures, distribution channels and marketing margins of the vegetable farming products located in Kanreapia village Tinggimoncong District Gowa Regency South Sulawesi. Using a quantitative descriptive approach, it was carried out from April to June 2019. The results showed that the structure of the vegetable market formed in Kanreapia village led to an oligopsony market. The market structure at the Regency/Municipal level was more likely to lead to a perfect competition and differentiation market. Because the farmers as the producers did not have post-harvest treatment and facilities standardization through grading, and were weak in terms of market information, the role of the farmers in taking the advantages of market opportunities was very small. The relatively small business scales and non-market-demand farming have caused the farmersâ bargaining position very weak, allowing the presence of intermediary traders who in turn are more dominant in determining the selling prices at the farmer level. For several types of vegetables, the share received by the farmers from the price paid by the consumers is, on average, smaller than that received by the intermediary traders. Hence, the marketing system that occurs is considered less efficient for farmers. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 634 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 Analisis Struktur Pasar Sayuran di Desa Kanreapia Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan An Analysis of the Structure of the Vegetable Market in Kanreapia Village Tinggimoncong District Gowa Regency South Sulawesi Province Aylee Christine Alamsyah Sheyoputri1*, Abri2, *Email 1Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Bosowa 2Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bosowa ABSTRAK Potensi tanaman hortikultura khususnya sayuran yang ada di Kecamatan Tinggimoncong cukup besar bahkan beberapa jenis sayuran seperti kubis, petsai, wortel, bawang daun dan kentang, selain dipasarkan dalam wilayah kabupaten juga dipasarkan sampai ibukota propinsi bahkan di antar pulaukan ke Kalimantan namun demikian sistem pemasarannya masih bersifat tradisional yang berimplikasi pada pendapatan petani sebagai produsen tidak optimal. Penelitian ini bertujuan mengkaji stuktur pasar, saluran distribusi dan margin pemasaran produk usahatani sayur-sayuran yang berada di Desa Karenapia, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2019, dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Struktur pasar sayuran yang terbentuk di desa Kanreapia mengarah pada pasar oligopsoni. Struktur pasar di tingkat kabupaten/kota, lebih memgarah pada pasar persaingan sempurna dan diferensiasi. petani sebagai produsen tidak memiliki sarana dan perlakuan pascapanen standarisasi melalui grading, lemahnya informasi tentang pasar sehingga peranan petani dalam memanfaatkan peluang pasar sangat kecil, skala usaha yang relatif kecil dan usaha tani yang tidak didasarkan atas permintaan pasar, menyebabkan posisi tawar petani sangat lemah, hal ini memungkinkan kehadiran pedagang perantara yang kemudian lebih dominan dalam penentuan harga jual di tingkat petani. Bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan konsumen untuk beberapa jenis sayuran, rata-rata lebih kecil dibandingkan yang diterima oleh pedagang perantara sehingga sistem pemasaran yang terjadi dinilai kurang efisien bagi petani. Kata Kunci Pemasaran Sayuran, Margin Pemasaran, Efesiensi Pemasaran, Struktur Pasar, Petani ABSTRACT The potential of horticultural crops, especially vegetables in the District of Tinggimoncong is quite considerable. Some types of vegetables such as cabbage, Chinese cabbage, carrots, leeks and potatoes, besides being marketed in the Regency Area, are also marketed to the provincial capital even inter-island to Kalimantan. The marketing system, however, is still traditional, and that makes the income of the farmers as the producers is not optimal. This study aimed to examine the market structures, distribution channels and marketing margins of the vegetable farming products located in Kanreapia village Tinggimoncong District Gowa Regency South Sulawesi. Using a quantitative descriptive approach, it was carried out from April to June 2019. The results showed that the structure of the vegetable market formed in Kanreapia village led to an oligopsony market. The market structure at the Regency/Municipal level was more likely to lead to a perfect competition and differentiation market. Because the farmers as the producers did not have post-harvest treatment and facilities standardization through grading, and were weak in terms of market information, the role of the farmers in taking the advantages of market opportunities was very small. The relatively small business scales and non-market-demand farming have caused the farmersâ bargaining position very weak, allowing the presence of intermediary traders who in turn are more dominant in determining the selling prices at the farmer level. For several types of vegetables, the share received by the farmers from the p-ISSN 1411-3597 e-ISSN 2527-7286 DOI 635 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 price paid by the consumers is, on average, smaller than that received by the intermediary traders. Hence, the marketing system that occurs is considered less efficient for farmers. Keywords Vegetable Marketing, Marketing Margin, Marketing Efficiency, Market Structure, Farmers. This work is licensed under Creative Commons Attribution License CC-BY International license A. PENDAHULUAN Sayuran merupakan komoditi pertanian berprospek cerah sebab permintaan terhadap komoditi ini cukup tinggi, mengingat sayuran termasuk pangan esensial karena mengandung zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral. Andarwulan dan Faradilla 2012, mengemukakan bahwa senyawa fenolik dalam sayuran merupakan salah satu senyawa fitokimia yang paling banyak diteliti terkait manfaatnya sebagai anti oksidan. Peningkatan komsumsi sayuran dan buah dapat mencegah penyakit kronis dan mencegah penambahan berat badan, bahkan himbauan untuk mengkomsusi sayur dan buah dengan kandungan gizi seimbang pada masyarakat belahan dunia barat merupakan salah satu strategi utama dalam rangka mengurangi terjangkitnya penyakit kronis seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, jantung koroner, stroke dan lain-lain Boeing et al,2012. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran nilai gizi untuk hidup sehat menyebabkan permintaan sayuran di Indonesia terus meningkat. Konsumsi sayuran di Indonesia sebanyak 40 kg/kapita/tahun, namun demikian angka konsumsi tersebut masih berada di bawah rekomendasi standar FAO yaitu 73kg/kapita/tahun. Salah satu upaya untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap sayuran maka diperlukan sistem pemasaran yang efesien dan efektif Darian Indonesia memiliki potensi yang besar bagi penyediaan produk sayuran, utamanya sayur-sayuran dataran tinggi, salah satunya adalah Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan yang merupakan pemasok utama kebutuhan sayuran di Kota Makassar dan kota-kota lainnya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengelolaan usahatani di daerah tersebut belum optimal yang tercermin dari fluktuasi produksi, beragamnya kualitas serta merosotnya harga karena mekanisme fungsi pemasaran yang belum baik. Rusaknya produk pada kegiatan transportasi dan penyimpanan pada gilirannya akan menurunkan harga yang pada akhirnya berpengaruh pada pendapatan para pelaku pasar termasuk petani sebagai produsen. Dalam pemasaran komoditas pertanian, terdapat pelaku pasar yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, komoditas yang dipasarkan juga bervariasi kualitas, harga dan lembaga yang terlibat. Kompleksitas pemasaran tersebut 636 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 memerlukan pendekatan secara terintegrasi sehingga dapat menguntungkan semua pihak, untuk itu pendekatan struktur dan perilaku pasar dipandang penting agar terjadi peningkatan daya saing produk melalui peningkatan efesiensi pemasaran produk sayuran. B. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Kanreapia, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan, pada bulan April hingga Juni 2019. Sampel petani produsen berjumlah 42 orang yang diambil secara acak 10% dari populasi. Sampel pedagang diambil secara penunjukan langsung yakni; 5 orang pedagang pengumpul yang berdomisili di lokasi penelitian, 60 orang pedagang pengecer yang mewakili 3 pasar utama tradisional yaitu Pasar Sungguminasa Gowa, Pasar Terong, Pasar Sentral Makassar dan 4 pasar swalayan di Kota Makassar. Data dikumpulkan dengan penggunaan kuisioner. Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk menghitung margin pemasaran dan analisis kualitatif untuk mengetahui perilaku pasar, saluran pemasaran dan stuktur pasar. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi merupakan salah satu aspek pemasaran yang menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen. Proses pendistribusian dapat dikatakan efesien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya terendah dan mampu mengadakan pembagian keuntungan dan adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan distribusi. Pemilihan saluran pemasaran yang optimal berhubungan dengan faktor resiko, keuntungan, biaya tenaga kerja, preferensi gaya hidup dan volume penjualan LeRoux et al, 2010. Terdapat tiga pelaku pasar yang memegang peranan penting dalam pendistribusian sayuran di Desa Kanreapia. Ketiganya adalah petani/produsen sayuran, pedagang perantara dan konsumen. Petani adalah orang yang langsung berhubungan dengan proses produksi sayuran. Konsumen adalah pembeli terakhir produk sayuran dan pedagang perantara adalah pengusaha yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi melainkan hanya sebagai penyalur produksi sayuran. Pedagang perantara yang terlibat langsung dalam distribusi sayuran yang berasal dari desa Kanreapia adalah a. Pedagang pengumpul yang merupakan lembaga perantara yang membeli sayuran langsung dari petani produsen untuk selanjutnya disalurkan kepada 637 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 pedagang pengecer di pasar umum, pasar swalayan dan pedagang keliling. b. Pedagang pengecer yang berfungsi sebagai lembaga yang langsung berhubungan dengan konsumen. Pedagang pengecer umumnya menjual sayuran dalam jumlah yang sedikit kepada para konsumen Berdasarkan hasil kajian dan analisis terhadap tanggungjawab masing-masing lembaga pemasaran, diketahui bahwa sistem pemasaran sayuran yang banyak digunakan olehpetani di Desa Kanreapia adalah bersifat konvensional dengan bentuk kontraktual. Haji J, 2010 mengemukakan bahwa pelaksanaan kontrak didasarkan atas saling percaya dan bertujuan untuk mengurangi risiko pembayaran terutama yang disebabkan oleh kerusakan produk. Di dalam praktek perdagangan sayuran di desa Kanreapia, kendali keputusan dipegang oleh pedagang perantara yang terlihat dari kecenderungan perantara menghendaki tingkat keuntungan yang lebih tinggi, dan di lain pihak petani tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Sistem kontraktual terjadi juga disebabkan petani kesulitan mengakses lembaga kredit formal sehingga banyak petani yang meminjam kepada para pedagang dan ketika panen, skema pembayaran memaksa petani ke dalam pengaturan perdagangan Milagrosa, A., 2006. Di desa Kanreapia, dalam hal pelaksanaan kontraktual tidak banyak, yaitu hanya dilakukan oleh para pedagang antar pulau atau eceran pada pasar swalayan. Sistem kontraktual biasanya lebih menjamin kontinuitas pemasaran, harga jual yang ditetapkan relatif stabil, tetapi tidak banyak menguntungkan petani produsen namun demikian petani berharap mendapatkan kepastian pasar bagi produknya dan tidak menyulitkan mereka sebab pedagang pengumpul yang datang untuk mengadakan transaksi jual beli. Stuktur pasar sayuran yang terbentuk di desa Kanreapia dapat dikatakan mengarah pada pasar yang bersifat oligopsoni hal tersebut terjadi akibat kurangnya kompetisi di antara pedagang sebagai akibat dari jumlah pedagang yang terbatas, dan kalaupun jumlah pedagang yang terlibat cukup banyak tetapi sesungguhnya dalam kegiatannya para pedagang tersebut seringkali dikendalikan oleh beberapa pedagang tertentu. Kondisi pasar seperti ini tidak menguntungkan bagi petani karena harga yang diterima petani dikendali kan oleh pedagang. Pada kondisi tersebut petani cenderung menerima harga yang rendah akibat pedagang yang berusaha memaksimumkan keuntungannya. Struktur pasar di tingkat Kabupaten /Kota, lebih mengarah pada pasar persaingan sempurna dan diferensiasi. Struktur pasar 638 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 yang mendekati persaingan sempurna terjadi pada perdagangan komoditi petsai, cabai merah, bawang daun dan tomat. Sedangkan stuktur pasar diferensiasi terjadi pada komoditas kentang, kubis dan buncis. Komoditas kentang diklasifikasikan berdasarkan ukuran dengan kualifikasi A, B dan C. Kentang dengan kualitas A dijual melalui saluran pemasaran khusus seperti pasar-pasar swalayan dan kentang dengan kualitas B dan C dijual pada pasar-pasar tradisional pasar umum. Komoditas kubis diklasifikasikan berdasarkan mutu. Mutu I memiliki warna kulit lebih licin,ukuran lebih besar dan bentuk yang bulat dan padat. Mutu II memiliki krop agak kusam bentuknya kurang bulat dan tidak padat. Kubis mutu I biasanya dijual dipasar swalayan. Komoditas petsai, tomat, bawang daun dan cabai merah dapat dikategorikan tidak terdiferensiasi walaupun dalam praktek terkadang pedagang pengumpul tetap melakukan klasifikasi namun tidak bersifat baku. Saluran distribusi sayuran yang berasal dari desa Kanreapia dapat dilihat pada gambar 1. Pada Gambar 1. terlihat bahwa pendistribusian sayur-sayuran dari petani ke konsumen melalui sistem penyaluran tidak langsung karena terdapat dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran petani dan pedagang perantara mempunyai hubungan kegiatan yang terpisah, dengan demikian pemilikan keuntungan dari kegiatan pemasaran tersebut adalah terpisah antara petani dan pedagang perantara. Para petani sayur-sayuran di desa Kanreapia pada dasarnya belum berorientasi pada usahatani dengan sistem agribisnis, hal ini dapat terlihat dari tidak adanya sarana pascapanen yang dimiliki petani sehingga mereka tidak mau mengambil resiko dalam hal penyimpanan produk. Mereka selalu ingin menjual produknya dengan segera. Hal inilah yang memungkinkan kehadiran pedagang perantara yang dalam hal ini pedagang pengumpul yang kemudian lebih dominan dalam hal penentuan harga jual di tingkat petani. Hal lain yang berkaitan dengan harga jual adalah kurangnya pengetahuan petani terhadap informasi pasar, ada kalanya harga di tingkat petani jauh lebih rendah dari harga jual sebenarnya, akibatnya bagian yang diterima oleh petani produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara rata-rata lebih kecil dibandingkan yang diterima oleh pedagang perantara. Kenyataan ini dapat dilihat dari perolehan marjin pemasaran setiap lembaga yang 639 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 berperan dalam pendistribusian sayur-sayuran yang berasal dari desa Kanreapia, yang menunjukkan ketidakefesienan pemasaran yang didefenisikan sebagai kegagalan petani untuk mencapai hasil pemasaran yang lebih baik yang tercermin dari indeks harga hasil yang rendah Singho et al, 2014. Marjin pemasaran terdiri atas keuntungan sebagai balas jasa atas kegiatan dilakukan dan biaya-biaya operasional pemasaran, yaitu biaya transportasi /pengangkutan, bongkar muat, biaya tarif pasar/retribusi dan biaya penyusutan. Banyaknya komponen marjin pemasaran ditentukan oleh rentang saluran pemasaran yang dilalui. Saluran pemasaran yang digunakan untuk menghitung nilai marjin dimulai dari tingkat petani, pengumpul, pengecer di pasar umum atau pasar swalayan. Analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui besarnya tingkat marjin yang diperoleh masing-masing pelaku pasar dalam kegiatan pendistribusian sayuran. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pelaku pasar mana yang menerima keuntungan paling besar dan seberapa besar keuntungan yang diterima petani. Biaya transportasi pengangkutan merupakan biaya yang dikeluarkan pedagang untuk mengangkut barang dagangan dari pasar penampungan ke pasar pengecer. Biaya bongkar muat adalah biaya yang dikeluarkan pedagang untuk menyewa tenaga kerja lepas guna mengantarkan sayuran dari kendaraan ke lokasi pembeli. Tarif restribusi pasar adalah biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer untuk uang kebersihan dan sewa tempat setiap hari. Biaya Penyusutan merupakan sifat alami dari komoditas hortikultura, termasuk sayuran. Selain karena sifat sayur-sayuran yang mudah busuk, penyusutan terjadi sebagai akibat penanganan dan pengemasan yang kurang baik selama pengangkutan dari tempat penampungan ke pasar-pasar pengecer, serta susut berat dan adanya produk yang tidak laku terjual. Besar penyusutan berbeda-beda untuk tiap jenis komoditas sayuran. Tabel 1. Rata-rata marjin, harga beli dan harga jual sayuran Rp/ Kg pada saluran distribusi I Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen 640 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 Pengumpul Umum Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum P. P Swalayan Konsumen Sumber Data Primer Setelah Diolah Tabel 2. Rata-rata marjin, harga beli dan harga jual sayuran Rp/ Kg pada saluran distribusi II Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum Swalayan Konsumen Petani Pengumpul Umum P. P Swalayan Konsumen Sumber Data Primer Setelah Diolah Perbedaan besarnya marjin pemasaran antara bentuk saluran I dan saluran II disebabkan karena adanya perbedaan biaya pemasaran yang dikeluarkan khususnya pada tingkat pedagang pengecer. Pengecer pada bentuk saluran II dalam hal ini adalah pengecer pasar swalayan sedangkan pada saluran I adalah pengecer pasar umum tradisional. Mudah dipahami marjin pemasaran lebih besar pada bentuk saluran II mengingat bahwa pasar swalayan menetapkan harga jual lebih besar untuk semua jenis sayuran dibandingkan dengan pasar umum, sebab selain pasar swalayan mengeluarkan biaya pemasaran yang lebih besar seperti biaya-biaya operasional yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi konsumen, produk yang dijual memiliki kualitas yang lebih baik terutama pada komoditas yang terdiferensiasi seperti kentang dan kubis. Jika dilihat dari perolehan marjin pada setiap tingkat saluran saluran, maka pada bentuk saluran distribusi I marjin terbesar diperoleh pedagang pengumpul. Untuk 641 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 saluran distribusi II, marjin terbesar di peroleh pedagang pengecer untuk jenis sayuran bawang prei, buncis, kubis dan petsai, sedangkan untuk kentang dan tomat marjin terbesar diperoleh pedagang pengumpul. Adapun bagian yang diterima tani dan pedagang perantara dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara persentase untuk setiap jenis sayuran pada bentuk saluran I dan II dapat dilihat pada Tabel 3. Persentase yang diterima petani dan pedagang perantara berdasarkan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Bagian yang diperoleh % Bawang Daun Buncis Kubis Kentang Petsai Tomat Wortel 46,1 75,0 54,5 60,0 30,0 70,0 61,5 53,9 25,0 45,5 40,0 70,0 38,5 Bawang Daun Buncis Kubis Kentang Petsai Tomat Wortel 40,0 66,0 42,8 53,6 27,3 50,0 34,0 57,2 46,4 72,7 41,7 50,0 Sumber Data Primer Setelah Diolah Pada Tabel 2, terlihat bahwa pada bentuk saluran I yang melibatkan pasar tradisional secara rata-rata, bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen lebih tinggi 56,7% dibandingkan dengan bentuk saluran II yang melibatkan pasar moderen di perkotaan 48,3% padahal tingkat harga jual satuan pada bentuk saluran ke II lebih besar dibandingkan saluran I. Hal ini sejalan dengan temuan Otieno et al.,2009 di Kenya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara harga satuan penjualan sayuran di daerah pedesaan dan di daerah pekotaan. 642 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 D. KESIMPULAN DAN SARAN Kerjasama antar lembaga yan terlibat dalam pemasaran sayuran di Desa Kanreapia masih bersifat konvensional dan parsial dimana masing-masing lembaga tidak bertangungjawab terhadap lembaga lainnya dan kalaupun sistem kontrak dilaksanakan hanya sebatas perjanjian secara lisan yang dilandasi atas saling percaya. Stuktur pasar sayuran yang terbentuk di desa Kanreapia dapat dikatakan mengarah pada pasar yang bersifat oligopsoni hal tersebut terjadi akibat kurangnya kompetisi di antara pedagang sebagai akibat dari jumlah pedagang yang terbatas. Struktur pasar di tingkat Kabupaten/Kota, lebih mengarah pada pasar persaingan sempurna dan terdiferensiasi. Struktur pasar yang mendekati persaingan sempurna terjadi pada perdagangan komoditi petsai, bawang daun dan tomat. Sedangkan stuktur pasar diferensiasi terjadi pada komoditas kentang, kubis dan buncis Untuk beberapa jenis sayuran, baik pada bentuk saluran I maupun saluran II, bagian yang diterima petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen lebih rendah dari bagian yang diterima pedagang perantara. Hal ini mengindikasikan bahwa pola pemasaran yang diterapkan saat ini masih kurang efisien bagi petani produsen. DAFTAR PUSTAKA Arwanti, Sitti. 2016. Sistem Pemasaran Senyawa fenolik pada beberapa sayuran indigeneus dari indonesia. Seafast Center. Bogor. Boeing H,A Bechthold,A Bub, S Ellinger, D Haller, A Kroke, E Leschik-Bonnet, MJ Muller, H Oberriter, M Schulze, P Stehle, B Watzl. 2012. Critical review vegetables and fruit in the prevention of cronick diseases. Eur. J. Nutr 51 637-663. Darian J. C., Tucci L., 2013. Developing marketing strategies to increase vegetable consumption. Journal of Consumer Marketing 427-435 30 Maret 2013. ISSN 0736-3761. DOI [FOA] Food and Agriculture Organisation. 2016. Food and agriculture data. [ 10 september 2016]. Haji Jema, 2010. Te Entorcement of Traditional Vegetable Marketing Contracts in the Eastern and Central Parts of Ethiopia. Journal of African Economies, Vol. 19, number 5, pp. 768-792 doi online date 6 May 2010. Irwan, B, 2003. Membangun Agribisnis Holtikultura Terintegrasi Dengan Basis Kawasan Pasar. Forum Peneliti Agro Ekonomi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian 2006 dan Prospek 2007. Jakarta, 20 Desember 2006. Irawan B, 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah, Jurnal Analisis kebijakan Pertanian No. 4. Desember 2007. Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 643 Jurnal Ilmiah Ecosystem Volume 21 Nomor 3, Hal. 634-643, September - Desember 2021 2010-2014. Kementerian Pertanian, Jakarta. LeRoux M. N., Schmit T. M., Roth M., Streeter 2010. Evaluating marketing channel options for small-scale fruit and vegetable producers. Renewable Agriculture and Food Systems 2591; 16-23. Doi CambridgeUniversity Press 2010. Milagnosa, A., 2006. Institutional Economic of vegetable production and marketing in northern Philippines social capital, institution and governance Wageningen University Netherlands. Otieno D. J., Omiti J., Nyanamba T., McCullough E., 2009. Market participation by vegetable farmers in Kenya A comparison of rural and peri-urban areas. African Journal of Agricultural Research Vol. 4 5, pp. 451-460, May 2009. ISSN Permana, Bintoro, Haris, 2006. Analisis jaringan Pemasaran Sayuran kasus Petani Kecil Ciwidey, bandung . Jurnal MPI Vol 1 September 2006 Sayaka, W. Rusastra, R Sajuti, Supiyati, Sejati, A. Agustian, J. Situmorang, Ashari, Y. Supriyatna, dan R. E, Manurung. 2008. Pengembangan Kelembagaan Pathnership Dalam Pemasaran Komuditas Pertanian. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Singbo A. G., Lansink A. O., Emvalomatis G., 2014. Estimating farmersâproductive and marketing inefficiency an application to vegetable producers in Benin Springer DOI 16 April 2014. ... According to the Ministry of Agriculture, Indonesian cocoa farms' productivity declined due to pests/diseases, old crops, small farmers' land tenure, inadequate garden maintenance, and lack of improved varieties clones Direktorat Jenderal Perkebunan, 2018. This condition was exacerbated by the weak bargaining position of farmers in the oligopsony-tends marketing system Nahraeni et al. 2021;Sheyoputri and Abri, 2021. ... Muhammad AsirAnnisa Ishmat AsirEfficient marketing can increase the profits of all the stakeholders involved. Profit increased at the farmer level will encourage the ability and motivation to manage the farm. This study aims to identify the benefits obtained by farmers, collectors, wholesalers, and purchasing units of exporters in the marketing of cocoa beans. This research was conducted through the survey using by Hayami Method. The results showed that Profit received by farmers amount Rp314/kg was lower than those received by collectors amount Rp1,022/kg, wholesalers at Rp736/kg, and unit purchases at Rp2,826/kg. This was due to the cost of labor incurred by farmers, and the amount of Rp2,100/kg was higher than by collector's amount of Rp230/kg, the wholesaler's and the purchase unit Another factor was the price of production input costly such as fertilizer dan pesticides, which was not followed by the increase in output price cocoa beans determined by marketers. The low productivity and quality of cocoa beans produced by farmers also affected low profit. The government must be able to control the purchase price of marketing actors, improve the knowledge and skills of farmers in the management of cocoa farms by establishing business groups/cooperatives, increase the role of farmer groups, and also to improve the internet infrastructure that supports the digital marketing of cocoa commodities. Keywords main stakeholders, cocoa beans, profit, marketing, Hayami methodTransformations in agri-food systems provide prospects for improving livelihoods of many farmers through enhanced participation in commercial agriculture. Indeed, various studies have been undertaken to establish factors that influence the level of market orientation in different areas. However, those studies do not show appropriate objective criteria to support decisions for either separating or merging data and the subsequent analyses for different sites. Consequently, policy inferences made from such studies may be misleading due to failure to statistically account for site-specific variations in data. This study fills the analytical gap evident in literature by using the Chow test and descriptive measures of statistical difference to compare the intensity of market participation among rural and peri-urban vegetable farmers in Kenya. Results show that there are significant differences in the percentage of output sold, distance from farm to market, and the unit price of sale for output between the Rural and Peri-Urban areas. These findings demonstrate the urgent need for appropriate statistical evidence to improve disaggregated analyses of agricultural market participation in different systems and environments. This would enable targeting of development strategies to effectively address the changing agricultural landscape; particularly enhancing food supply and ensuring better farm incomes. There is need to improve market information provision, develop farmers' business skills, improve roads and or support establishment of high value vegetable market outlets at different scales in Rural and Peri-Urban areas. AimĂ©e Hampel-MilagrosaThis study examines vegetable production and marketing among indigenous communities in northern Philippines using an institutional economics approach. It develops a framework that analyses the four levels of institutions; Social Embededdness, Institutional Environment, Governance Structures and Resource Allocation alongside the Structure, Conduct and Performance of the vegetable sector. Using this integrated framework, the thesis engages on a range of topics from the structure of the sector to sales and margins, from trust to favoured-buyer systems and from transaction cost analysis to farmer's decision-making processes. Also, a framework that aligns efficient contract types with governance structures based on observable transaction attributes was developed. The modeling approach that determines how farmers choose trading partners based on farm and farmer characteristics, transaction attributes and social capital was likewise used. The first important finding of the study is that a dual structure - in terms of farm-size and total sales - exists in the province. On the one hand, several small farmers own small farm sizes and share a small percentage of total market sales. On the other hand, a few big farmers own big farms and share a big percentage of total market sales. Three governance structures dominate trade; the most common are commissioner-based followed by wholesaler and contractor-based organization. Another important finding of the research is that many farmers turn to wholesalers for loans because of difficulties accessing or complying with formal credit institutions. At harvest time the repayment scheme forces farmers into trading arrangements with wholesalers which in turn, lowers search, negotiation and enforcement costs. This locked-in effect reduces trading alternatives for farmers and lowers total transaction costs. Not surprisingly, wholesaler-based governance structure is the most efficient marketing arrangement from a transaction costs perspective. A third important finding of the thesis is that the social capital of farmers and traders in the province, aggregated from scores on trust, associatedness, common goals and optimism, is low. Current social capital is ineffective in facilitating market information exchange and providing countervailing power to farmers in selling crops. With regards to decision-making, the study showed that farmers with relatively higher social capital select traders differently from farmers with lower social capital. Moreover, ethnicity is a significant factor that influences trust, volunteerism and social networking as well as trading partner selection. This thesis shows that bringing in social elements such as social capital and culture in institutional economic analysis yields richer results in the explanation of behaviour of the market and its IrawanGenerally, price fluctuation of vegetables is higher than fruits, paddy and secondary crops, meaning that the imbalance of supply volume and consumer needs is frequently occurred on vegetables. Marketing margin of vegetables is also relatively high. In contrast, however, the price received by the farmers and price transmission from consumer's area to producer's region is low. This condition is not conducive for efforts to develop agribusiness and to increase produce's quality competitiveness characterized by the ability to respond to effective market dynamics. In this context, there are some aspects that should be carefully considered a developing vegetable's synchronized production across the producer's regions, b developing vegetables production centers spread across the regions, c developing simple and efficient storage technology along with facilities for farmers to apply such technology, and d facilitating the farmers to have more accessibility to capital analytical framework and ranking system is developed to summarize the primary factors affecting marketing channel performance and to prioritize those channels with the greatest opportunity for success. An application of the model is conducted using case-study evidence from four small-scale diversified vegetable crop producers in Central New York. The relative costs and benefits of alternative wholesale and direct marketing channels are investigated, including how the factors of risk, owner and paid labor, profits, lifestyle preferences and sales volume interact to impact optimal market channel selection. Given the highly perishable nature of the crops grown, along with the risks and potential sales volume of particular channels, a combination of different marketing channels is needed to maximize overall firm Pemasaran Senyawa fenolik pada beberapa sayuran indigeneus dari indonesiaSitti ArwantiArwanti, Sitti. 2016. Sistem Pemasaran Senyawa fenolik pada beberapa sayuran indigeneus dari indonesia. Seafast Center. review vegetables and fruit in the prevention of cronick diseasesH BoeingBechtholdBubEllingerHallerKrokeLeschik-BonnetH MullerM OberriterP SchulzeStehleBoeing H,A Bechthold,A Bub, S Ellinger, D Haller, A Kroke, E Leschik-Bonnet, MJ Muller, H Oberriter, M Schulze, P Stehle, B Watzl. 2012. Critical review vegetables and fruit in the prevention of cronick diseases. Eur. J. Nutr 51 marketing strategies to increase vegetable consumptionJ C DarianL TucciDarian J. C., Tucci L., 2013. Developing marketing strategies to increase vegetable consumption. Journal of Consumer Marketing 427-435 30 Maret 2013. ISSN 0736-3761. DOI Entorcement of Traditional Vegetable Marketing Contracts in the Eastern and Central Parts of EthiopiaHaji JemaHaji Jema, 2010. Te Entorcement of Traditional Vegetable Marketing Contracts in the Eastern and Central Parts of Ethiopia. Journal of African Economies, Vol. 19, number 5, pp. 768-792 doi online date 6 May Agribisnis Holtikultura Terintegrasi Dengan Basis Kawasan PasarB IrwanIrwan, B, 2003. Membangun Agribisnis Holtikultura Terintegrasi Dengan Basis Kawasan Pasar. Forum Peneliti Agro Ekonomi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian 2006 dan Prospek 2007. Jakarta, 20 Desember Strategis Kementerian PertanianKementerian PertanianKementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Sayuran indijenes memegang peranan penting dalam pertanian dan konsumsinya semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya restaurant-restauran Sunda. Kemangi merupakan sayuran yang potensial dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan petani di perdesaan dan meningkatkan gizi keluarga. Tanaman ini mudah ditanam dan hanya memerlukan input eksternal yang rendah, dibandingkan dengan sayuran eksotis. Namun, meskipun tanaman ini penting, kemangi tidak cukup berorientasi pasar karena kecilnya daya saing petani dan terbatasnya produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar sayuran kemangi. Data dikumpulkan dari 42 orang petani kemangi di Kecamatan Kadudampit Desa Undruswinangun dan Sukamaju yang diambil secara acak sederhana simple random sampling, dan 29 orang pedagang yang diambil secara snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah pangsa pasar, konsentrasi pasar CR, HHI Herfindal-Hirscman Index, karakteristik produk, dan hambatan masuk pasar. Hasil penelitian menemukan bahwa pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit didominasi oleh empat pedagang pengumpul desa terbesar dengan angka Concentration Ratio CR4 sebesar 81%. Nilai Herfindahl-Hirscman-Index sebesar 0,17 menunjukkan struktur yang terbentuk cenderung mengarah kepada kondisi pasar oligopoli dari sisi penjual sedangkan oligopsoni dari sisi pembeli. Nilai MES yang diperoleh di atas nol MES>0 menunjukkan terdapat hambatan masuk pasar, dan karakteristik sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit bersifat homogen. Untuk meningkatkan posisi tawar petani, disarankan untuk membentuk kelompok tani kemangi, dan petani aktif mencari informasi kunci Indijenes, Herfindal-Hirscman Index, Oligopoly. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Agribisains ISSN 2550-1151 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2018 STRUKTUR PASAR SAYURAN KEMANGI DI PASAR TRADISIONAL W. Nahraeni1a, A. Rahayu2, A. Yoesdiarti1 dan IA. Kulsum1 1Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor 2Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor Jl. Tol Ciawi No 1 Universitas Djuanda Bogor Kode Pos 16720 aKorespondensi Wini Nahraeni. Telp 08129682305; E-mail ABSTRAK Sayuran indijenes memegang peranan penting dalam pertanian dan konsumsinya semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya restaurant-restauran Sunda. Kemangi merupakan sayuran yang potensial dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan petani di perdesaan dan meningkatkan gizi keluarga. Tanaman ini mudah ditanam dan hanya memerlukan input eksternal yang rendah, dibandingkan dengan sayuran eksotis. Namun, meskipun tanaman ini penting, kemangi tidak cukup berorientasi pasar karena kecilnya daya saing petani dan terbatasnya produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar sayuran kemangi. Data dikumpulkan dari 42 orang petani kemangi di Kecamatan Kadudampit Desa Undruswinangun dan Sukamaju yang diambil secara acak sederhana simple random sampling, dan 29 orang pedagang yang diambil secara snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah pangsa pasar, konsentrasi pasar CR, HHI Herfindal-Hirscman Index, karakteristik produk, dan hambatan masuk pasar. Hasil penelitian menemukan bahwa pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit didominasi oleh empat pedagang pengumpul desa terbesar dengan angka Concentration Ratio CR4 sebesar 81%. Nilai Herfindahl-Hirscman-Index sebesar 0,17 menunjukkan struktur yang terbentuk cenderung mengarah kepada kondisi pasar oligopoli dari sisi penjual sedangkan oligopsoni dari sisi pembeli. Nilai MES yang diperoleh di atas nol MES>0 menunjukkan terdapat hambatan masuk pasar, dan karakteristik sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit bersifat homogen. Untuk meningkatkan posisi tawar petani, disarankan untuk membentuk kelompok tani kemangi, dan petani aktif mencari informasi pasar. Kata kunci Indijenes, Herfindal-Hirscman Index, Oligopoly. PENDAHULUAN Peluang pengembangan sayuran indijenes memiliki prospek yang baik, seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya restaurant- restauran Sunda. Tanaman indijenes mudah ditanam, toleran terhadap berbagai kondisi tanah dan iklim, resisten terhadap hama dan penyakit dan dapat menambah pendapatan keluarga. Selain itu tanaman indijenes mampu tumbuh dengan input eksternal yang rendah 1 Upaya pengembangan sayuran indijines juga dilakukan sebagai alternatif sumber mikronutrien zat berkhasiat murah dan sekaligus memperkuat basis ketahanan pangan 2 Kemangi merupakan salah satu jenis sayuran indijenes yang mempunyai banyak manfaat dan permintaannya relatif lebih besar dari sayuran indijenes lainnya. Salah satu sentra produksi kemangi di Kabupaten Sukabumi adalah Kecamatan Kadudampit. Meskipun kemangi ini cukup berkontribunsi terhadap pendapatan, namun petani belum berorientasi pasar. Proses pemasaran kemangi mempunyai keunikan, di antaranya fluktuasi harga yang relatif stabil, dan cara menjual berbeda dengan sayuran pada umumnya sebab kemangi dijual per gabung, per ikat, hingga per gantil jika sudah sampai ke tingkat pedagang keliling. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan harga yang relatif tinggi dari pedagang pengumpul sampai pedagang eceran. Selain itu terbatasnya akses petani ke pasar, informasi pasar yang kurang, dan skala usaha yang relatif kecil menjadikan dukungan yang ditawarkan terbatas. Struktur pasar adalah penggolongan pasar berdasarkan strukturnya yang dapat dilihat dari jumlah produsen dan konsumen, karakteristik produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar, dan ada tidaknya informasi pasar Case and Fair 2012, Pindyct dan Rubinfield 2009. Dengan mengetahui struktur pasar, maka dapat dilihat apakah pasar mengarah ke pasar persaingan sempurna perfect market atau persaingan tidak sempurna imperfect market. Studi yang dilakukan oleh Kirsten 2010 menyatakan bahwa akses ke pasar merupakan factor penting untuk meningkatkan kinerja petani skala kecil di negara berkembang. Sementara itu penelitian Erwidodo 2013 menyatakan bahwa struktur pasar kentang, bawang merah dan kubis adalah pasar persaingan sempurna, yang dicirikan oleh banyaknya pembeli dan penjual dan pembeli secara perorangan tidak dapat sesukanya menentukan harga di pasar. Penelitian struktur pasar sayuran indijenes khususnya kemangi relatif terbatas, oleh karena itu penelitian struktur pasar sayuran kemangi perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan posisi tawar petani. Pasar adalah penghubung antara produsen dan konsumen, tanpa pasar petani tidak akan memiliki insentif untuk terlibat dalam produksi tanaman kemangi. Dalam memasarkan produknya, petani di Kecamatan Kadudampit masih belum berorientasi pasar. Hal ini terlihat dari kurangnya partisipasi mereka dalam memasarkan kemanginya dan masih beroperasi pada kondisi yang homogen, sehingga posisi tawar menjadi rendah. Petani hanya menerima harga yang ditawarkan para pedagang pengumpul karena kurangnya informasi pasar. Pertanyaannya adalah bagaimana struktur pasar yang ada dapat mempengaruhi harga pada berbagai lembaga dalam rantai pemasaran? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit Sukabumi Jawa Barat. BAHAN DAN METODE Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan di Kecamatan Kadudampit pada bulan April sampai Mei 2017. Desa Sukamaju dan Desa Undrus Binangun dipilih sebagai sampel desa. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan kedua desa tersebut merupakan sentra produksi kemangi di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Agribisains ISSN 2550-1151 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2018 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana simple random sampling, dengan jumlah petani yang diambil sebagai sampel sebanyak 42 orang. Pengambilan responden pedagang dilakuka dengan metode snowball sampling Jumlah pedagang yang diambil responden sebanyak 29 orang, yang terdiri atas 6 pedagang pengumpul desa, 6 pedagang besar dan 17 pedagang pengecer. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner yang telah ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diambil dari BPS, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jurnal dan literatur lainnya. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif, dan diolah dengan menggunakan excel dan SPSS 21. Beberapa alat analisis struktur pasar adalah 1. Pangsa Pasar Pangsa pasar digunakan untuk mengetahui seberapa besar cakupan suatu industri di pasaran. Pangsa pasar dapat diukur dengan menggunakan rumus Dahl, Hammond. 1977 Market Share MS = Si / ST Keterangan MS = 0 â 100 %; Si = Penjualan pedagang pengumpul terbesar ke i ST = Penjualan total sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit. 2. Konsentrasi Pasar Konsentrasi pasar mengukur berapa jumlah output yang diproduksi dari empat perusahaan terbesar dalam sebuah industri Baye, 2010. Konsentrasi pasar dapat diukur dengan rumus Keterangan CR4 = Tingkat Konsetrasi Pasar Wi = Si/ ST ; I = 1,2,3,4 3. HHI Herfdinal-Hirscman Index Selain menggunakan persamaan 2, konsentrasi pasar dapat dihitung dengan menggunakan HHI Herfdinal-Hirscman Index. HHI merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar petani dalam suatu industri dikalikan dengan Adapun perhitungan HHI yaitu HHI = Æ© wi2 Keterangan HHI = Herfindahl Hirschman Index; wi2 = Pangsa pasar 4. Hambatan Masuk Pasar Hambatan masuk pasar dianalisis dengan menggunakan Minimun Effisiency Scale MES Wahyuningsih, 2013. Nilai MES dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan hasil penelitian, dari 42 orang petani sampel, sebagian besar petani 33% berada pada kelompok umur antara 51-60 tahun, 86% petani berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SD /sederajat 55%, pengalaman berusaha tani sekitar 10 tahun lebih 81%, sedangkan pengalaman usahatani sayuran indigenous khususnya kemangi, sebagian besar petani mempunyai pengalaman berusahatani 1 â 5 tahun 50%. Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, persentase terbesar yaitu sebanyak 48% mempunyai jumlah tanggungan keluarga 0 sampai 2 orang dan 3 sampai 5 orang. CR4 = S1 + S2 + S3 + S4 / ST atau Karakteristik Responden Pedagang Lembaga pemasaran yang terlibat adalah pedagang pengumpul desa PPD, pedagang besar PD dan pengecer. Berdasarkan umur, sebagian besar 83% PPD berumur antara 20-40 tahun, hampir sama dengan pedagang besar PB, namun umur pengecer sebagian besar berumur lebih dari 40 tahun. PB dan pengecer mempunyai pengalaman berdagang 6-10 tahun 33,3% dan 35,3%, sedangkan sebagian besar PPD mempunyai pengalaman berdagang 11-15 tahun. Tingkat pendidikan PPD sangat bervariasi yaitu tamat Sekolah Dasar SD 4 orang, tamat SLTP/sederajat 1 orang, dan tamat SLTA/sederajat 1 orang, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan rata-rata pedagang pengumpul desa adalah tamat Sekolah Dasar SD yaitu sebesar 66,7%. Tabel 1 Karakteristik Lembaga Pemasaran di Kecamatan Kadudampit, 2017 Pengalaman Berdagang Tahun Pengalaman Berdagang Sayuran Indigenous Tahun Sebagai Pekerjaan Sampingan Jumlah Tanggungan Keluarga Jurnal Agribisains ISSN 2550-1151 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2018 Berdasarkan jenis pekerjaan, baik PPD maupun PB menyatakan bahwa berdagang sayuran merupakan pekerjaan utama 100%, namun 11,8% pendagang pengecer menyatakan sebagai pekerjaan sampingan, kedua sampel tersebut memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang ayam potong dan es. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian menjadi sektor yang memiliki andil besar dalam membangun perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Market Structure Struktur Pasar Konsentrasi Pasar Perhitungan konsentrasi pasar atau market concentration CR dilakukan pada pedagang pengumpul di tingkat dusun atau desa Wahyuningsih, 2013. Tabel 2 menyajikan volume penjualan pedagang pengumpul desa sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit. Tabel 2. Volume Penjualan Kemangi di Seluruh Pedagang Pengumpul Desa Kecamatan Kadudampit, 2017 Pedagang Pengumpul Desa PDD Total penjualan seluruh PDD Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan nilai CR4 pedagang pengumpul desa sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit tahun 2017 diperoleh angka 81%, angka ini menujukkan bahwa pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit didominasi oleh empat pedagang pengumpul desa terbesar . Tabel 3. Volume Penjualan, Pangsa pasar, dan Rasio Empat Pedagang Pengumpul Desa CR4 untuk Periode Produksi Kemangi selama Enam Bulan di Kecamatan kadudampit, 2017 Menurut Baye 2010 nilai CR4 yang mendekati 1 mengindikasikan bahwa pasar terkonsentrasi, artinya lebih sedikit jumlah penjual dibandingkan jumlah pembeli. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat persaingan yang kecil antar pedagang. Di daerah penelitian, hal ini disebabkan oleh eratnya hubungan langganan antara penjual dan pembeli. Perhitungan konsentrasi pasar dilakukan juga menggunakan Herfindahl-Hirscman-Index HHI. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai HHI yang diperoleh dalam pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit lebih besar dari 0, artinya bahwa pasar terkonsentrasi, hal ini sesuai dengan pendapat Baye 2010, jika nilai HHI 0, maka terdapat perusahaan-perusahaan dalam industri yang sangat kecil. Namun, jika nilai di atas 0 hingga 10 000 > mengindikasikan bahwa pangsa pasarnya bernilai 1, artinya CR berada pada sedikit persaingan untuk menjual ke konsumen pasar terkonsentrasi. Tabel 4. Perhitungan Herfindahl-Hirscman-Index di Kecamatan kadudampit Tahun 2017 Struktur pasar yang terbentuk dari pemasaran sayuran kemangi di tingkat pedagang pengumpul desa di Kecamatan Kadudampit cenderung bersifat oligopoli, yaitu pasar dengan beberapa penjual. Hal ini sesuai dengan pendapat Kohls dan Uhl 2002 yang menyatakan bahwa apabila nilai CR4 perusahaan terbesar lebih dari 50 persen >50%, maka struktur yang terbentuk cenderung mengarah kepada kondisi pasar oligopoli dari sisi penjual sedangkan oligopsoni dari sisi pembeli. Indiastuti 2011 memperkuat bahwa ada 6 kategori pasar berdasarkan tingkat persaingan yang diindikasikan oleh penguasaan pangsa pasar yaitu 1. Pure Monopoly, satu perusahaan menguasai pangsa pasar 100 %. 2. Dominant Firm, satu perusahaan menguasai 40-99 %. 3. Tight Oligopoly, empat perusahaan menguasai pangsa pasar lebih dari 60 %. 4. Loose Oligopoly, empat perusahaan menguasai pangsa pasar kurang dari 60 %. 5. Monopolistic Competition, banyak perusahaan bersaing dengan masing-masing memiliki market power yang tidak sama. 6. Pure Competition, banyak perusahaan bersaing dengan masing-masing tidak memiliki market power. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa petani kemangi cenderung bertindak sebagai penerima harga price taker dan posisi tawar bergainning position petani lemah atau kurang memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual kemangi. Sedikitnya jumlah pembeli dan semakin terkonsentrasi distribusi pembelian produk, maka semakin tinggi kekuatan pasar yang dimiliki oleh pembeli, sehingga pembeli berperan besar dalam penentuan harga. Atau dapat pula dikatakan semakin sedikit jumlah penjual dibandingkan jumlah pembeli, semakin terkonsentrasi distribusi penjualan produk, maka semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki oleh penjual, dalam keadaan ini penjual berperan besar dalam penentuan harga. Hal ini berarti petani berada pada posisi yang lemah karena petani bertindak sebagai price taker. Pada pemasaran sayuran indigenous kemangi di Kecamatan Kadudampit, kekuatan petani dalam menentukan harga jual cenderung lemah, sebab petani hanya menerima harga price taker yang dibayarkan oleh pembeli PPD, PB, Pengecer setelah kemangi berhasil dipasarkan, sedangkan informasi harga yang diperoleh hanya berupa informasi yang berasal langsung dari mulut pembeli bukan informasi yang berasal dari pasar, oleh karenanya besar kemungkinan Jurnal Agribisains ISSN 2550-1151 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2018 terjadinya kepalsuan informasi terutama informasi harga. Ketiadaan lembaga penunjang kegiatan pertanian seperti kelompok tani atau terminal agribisnis semakin lemah penyampaian informasi ke petani. Hambatan Masuk Pasar Menurut keterangan para pedagang pengumpul di Kecamatan Kadudampit, hambatan yang banyak dihadapi dalam memasarakan kemangi adalah banyaknya pedagang yang membeli langsung dari petani baik sesama pedagang pengumpul, pedagang besar, atau pedagang pengecer, sehingga pedagang pengumpul desa yang telah ada bersaing dalam mendapatkan suplai kemangi dari petani ataupun menjual kepada konsumen. Keadaan demikian akan berdampak pada harga yang diterima oleh petani. Hambatan masuk pasar dihitung dengan menggunakan MES Minumum Efficiency Scale MES. Jika nilai MES lebih besar dari 10 persen, mengindikasikan bahwa terdapat hambatan masuk pada pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit. Jika hambatan masuk tinggi, maka tingkat persaingannya sangat rendah, dan pasar berada pada kondisi kurang efisien Jaya, 2001. Tabel 5. Nilai MES Pemasaran Sayuran Indgenous Kemangi di Kecamatan Kadudampit, 2017 Berdasarkan hasil analisis nilai MES pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit di semua tingkat lembaga pemasaran mempunyai nilai lebih dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hambatan masuk pasar pada pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit sehingga tidak mudah bagi pesaing baru untuk masuk ke dalam pasar. Sulitnya masuk pasar ini disebabkan oleh kuatnya ikatan antara petani dan pedagang pengumpul desa sebagai langganan. Kuatnya ikatan tersebut disebabkan adanya ikatan modal antara petani dengan pedagang pengumpul desa, dan kuatnya ikatan hubungan kekeluargaan atau tetangga. Besarnya nilai MES yang dihasilkan berbeda antara MES yang dihasilkan di tingkat pedagang pengumpul desa, di tingkat pedagang besar, dan di tingkat pedagang pengecer, hal ini disebabkan adanya perbedaan hambatan untuk masuk pasar pada masing-masing tingkatan. Nilai MES terbesar diperoleh pada tingkat pedagang besar, sebab menjadi pedagang besar selain hambatan yang telah disebutkan, terdapat hambatan modal yang cukup besar. Modal ini digunakan untuk membeli hasil panen petani dan operasional dalam pemasaran, karena volume penjualan pedagang besar relatif lebih besar dibandingkan pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer. Hal ini juga berdampak pada biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar pula sehingga akan mempengaruhi kemampuan pesaing baru untuk masuk ke dalam pasar. Nilai MES terkecil diperoleh pada tingkat pedagang pengecer, sebab di tingkat pedagang pengecer hambatan masuk pasar relatif lebih ringan. Hambatan masuk pasar di tingkat pedagang pengecer sama halnya dengan hambatan di tingkat pedagang pengumpul dan di tingkat pedagang pengecer, akan tetapi ikatan penjual dan pembeli di tingkat pedagang pengecer relatif lebih renggang karena pembeli di pasar bebas memilih melakukan pembelian dengan pedagang pengecer mana pun, namun ada pula sebagian yang melakukan ikatan langganan. Akan tetapi di tingkat pedagang pengecer, volume yang dijual tidak dapat sebesar volume penjual di tingkat pedagang pengumpul desa dan di tingkat pedagang besar, sebab pedagang pengecer menjual langsung kepada konsumen dan pembelian konsumen biasanya lebih sedikit. Hambatan masuk pasar lainnya pada setiap tingkatan lembaga pemasaran adalah berlakunya sistem pembayaran tunda bayar atau bayar kemudian. Pembayaran dengan sistem ini akan menunda perputaran modal yang digunakan dalam usaha terkecuali pemilik modal besar yang dapat menggulirkan modalnya setiap saat. Tertunda atau berkurangnya perguliran modal usaha oleh setiap tingkatan lembaga pemasaran ini akan mengurangi kinerja setiap kegiatan pemasaran, sebagai contoh modal dalam pembelian saprotan, ketika pembayaran ditunda, maka petani akan meminjam modal kepada pihak lain seperti toko saprotan, dan ketika pembayaran dilakukan harga yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan sehingga penerimaan petani berkurang. Karakteristik Produk Produk yang dihasilkan pada pemasaran sayuran kemangi di Kecamatan Kadudampit bersifat homogen. Sukirno 2002, menyebutkan ciri-ciri pasar oligopoly adalah barang yang dihasilkan bersifat homogen atau berbeda corak terdiferensiasi, kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya kuat, pada umumnya perusahaan melakukan promosi dengan iklan. Nuhfil 2009, menyatakan pasar dalam keadaan produk yang dihasilkan bersifat homogen ini dinamakan oligopoli murni pure oligopoly dan apabila produk yang dihasilkan tidak homogen maka pasar dinamakan oligopoli yang dibedakan differentiated oligopoly. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Struktur pasar yang terbentuk dari pemasaran sayuran indigenous kemangi di Kecamatan Kadudampit cenderung mengarah kepada oligopoli. Pasar sayuran kemangi terkonsentrasi dengan persaingan yang cukup tinggi, dengan besarnya nilai CR4 0,81 mendekati 1 dan nilai HHI sebesar di atas 0 hingga 10 000 serta nilai MES seluruh tingkatan lembaga pemasaran lebih besar dari 10 persen. Terdapat hambatan masuk pasar bagi pesaing baru. Karakteristik produk yang diperjualbelikan bersifat homogen. Implikasi Kebijakan Untuk memperkuat posisi tawar petani diharapkan terminal-terminal agribisnis atau kelompok tani dihidupkan dan dikembangkan. Posisi tawar petani yang kuat dapat meningkatkan harga kemangi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan petani kemangi. DAFTAR PUSTAKA Asmayanti. 2012. Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah Capsicum frustescens di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Bogor. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2015. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional. Diakses pada 28 Februari 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2013. Jawa Barat dalam Angka. Diakses pada 13 Desember 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2014. Jawa Barat dalam Angka. Diakses pada 13 Desember 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2016. Kecamatan Kadudampit dalam Angka. Diakses 19 Maret 2017. Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Harga Produksi pertanian Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Tanaman Perkebunan Rakyat. Diakses pada 03 Agustus 2017. Jurnal Agribisains ISSN 2550-1151 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2018 Baye, M. 2010. Managerial Economics and Business Strategy. Seventh Edition. McGraw-Hill Irwin Singapura. Case, Fair, and Oster, 2012. Principles of Economics Tenth Edition. Prentice Hall New York. Dahl, Hammond. 1977. Market and Price Analysis. New York MC. Graw Hill. Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2014. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2014. Jaya, 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Kementrian Pertanian. Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019. Limbong, Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Pindyct and Rubinfield. 2009. Microeconomics. Fifth Edition. Prentice Hall New York. Nuhfil, K. 2009. Struktur Pasar. Diakses Pada 17 Agustus 2017. Profil Desa Undrus Binangun. 2017. Wahyuningsih. 2013. Sistem Pemasaran Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Bogor. ... Hasil perhitungan MES 473 lebih besar dari 10 persen, dalam hal ini berarti bahwa terdapat hambatan yang tinggi dalam kegiatan keluar masuk pasar sapi di Desa Blaban. Apabila hambatan tinggi maka tingkat persaingan juga tinggi dan kondisi pasar kurang efisien Nahraeni et al., 2019. Hal ini menyatakan bahwa terdapat hambatan yang tinggi untuk pesaing baru yang masuk pasar sapi di Desa Blaban. ...... Produksi garam yang tidak menentu yang dipengaruhi oleh cuaca dan harga garam yang berfluktuasi mengakibatkan petani kurang sejahtera. Menurut Nahraeni et al 2019, kurangnya informasi pasar juga membuat posisi tawar petani sangat rendah sehingga petani hanya berperan sebagai penerima harga price taker. ...Ida Ayu Maharani Gusti Ayu Agung Lies Anggreni Listia Dewip>Garam merupakan komoditi yang sangat potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Desa Les merupakan desa penghasil garam tradisional di Kabupaten Buleleng. Keadaan geografis Desa Les yang dekat dengan pantai menjadi salah satu faktor pendorong bagi masyarakat sekitar untuk melakukan usaha produksi garam. Aspek tataniaga merupakan hal penting dalam mendukung peningkatan pendapatan petani garam. Panjang pendeknya saluran tataniaga mempengaruhi banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dan besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran tataniaga garam, struktur pasar, perilaku pasar garam, dan efisiensi tataniaga garam. Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Responden penelitian berjumlah 20 orang, terdiri dari 10 orang petani dan 10 orang lembaga tataniaga. Penentuan responden petani menggunakan metode Simple Random Sampling sedangkan penentuan jumlah responden lembaga tataniaga menggunakan teknik Snowball Sampling. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat saluran tataniaga yang terlibat. Struktur pasar garam mengacu pada struktur pasar oligopoli. Saluran tataniaga tingkat 0 merupakan saluran terpendek dan paling efisien dengan margin tataniaga sebesar Rp. 0/kg dan farmerâs share sebesar 100% hal ini disebabkan karna tidak adanya lembaga tataniaga yang terlibat. Rasio keuntungan dan biaya terbesar ada pada saluran 2 yaitu sebesar 1,8. pasar sayuran di daerah pegunungan termasuk pasar